Namun, di tengah kenaikan ini, krematorium di TPU Keputih harus bekerja ekstra. Karena satu alat pembakaran jenazah rusak.
Berdasarkan data dari laman https://lawancovid-19.surabaya.go.id/ mulai tanggal 1-30 Juli 2021, sebanyak 3.529 jenazah yang dimakamkan secara protokol kesehatan. Jumlah ini naik dibanding bulan Juni, yakni sekitar 800 orang yang dimakamkan secara prokes.
Kepala Krematorium Keputih, Eko Pramono mengatakan, selama ini alat pembakaran jenazah hanya ada tiga unit. Namun, karena rusak, kini hanya tinggal dua unit.
Ia mengatakan, proses pembakaran jenazah di TPU Keputih membutuhkan waktu 2 jam. Sedangkan pendinginan alat harus selama 10 jam.
Baca juga: Sebulan, Makam COVID-19 di Surabaya Semayamkan 3.280 Jenazah |
Sebelumnya, alat yang rusak tersebut dipaksa membakar tiga jenazah dalam sehari. Akhirnya, alat tersebut suhunya terlalu panas hingga rusak.
"Kepanasan terus meletek," kata Eko Pramono kepada detikcom, Senin (2/8/2021).
Kini, krematorium hanya bisa bekerja dengan dua tungku. Bila keduanya tetap dipaksa membakar lebih dari dua jenazah dalam sehari, kemungkinan kerusakan tungku bisa terjadi lagi.
Kendati demikian, Eko menyebut pihaknya juga bekerja sama dengan krematorium swasta. Sedangkan di krematorium Keputih, mematok harga Rp 800 ribu untuk peti setebal 1 cm.
"Krematorium Keputih sudah bekerja sama dengan dua krematorium swasta. Yaitu Krematorium Jala Pralaya di Sidoarjo dan Krematorium Sentong Baru di Pasuruan. Kedua tempat ini mau menerima jenazah COVID-19," pungkasnya. (fat/fat)