Tampak di depan ruang IGD penuh bed pasien bergejala. Di selasar dan lorong juga penuh bed pasien. Di sisi utara IGD, tampak berjajar mobil dengan stiker di kaca depan, antrean pasien COVID-19 menunggu masuk IGD.
Menurut Dirut RSUD Ngudi Waluyo Wlingi, Endah Woro Utami, pemandangan seperti ini telah terjadi sejak bulan lalu. IGD yang seharusnya hanya berisi 14 bed, saat ini telah ditambah bed menjadi 30. Sementara, daftar antrean telah mencapai 17 orang.
"Awal dulu malah lebih banyak yang antre dalam mobil. Bahkan ada yang meninggal karena tidak dapat bantuan oksigen. Nah dari pengalaman itu, kami sarankan mereka mengantre di rumah dengan meninggalkan nomor seluler yang bisa kami hubungi begitu ada pergeseran pasien," tutur Woro saat dikonfirmasi detikcom, Sabtu (31/7/2021).
Menurut Woro, dengan pasien menunggu di rumah bisa melakukan proning dalam kondisi lebih tenang. Selain itu, jika gejalanya tidak begitu mengkhawatirkan dengan saturasi aman, diharapkan bisa mendapatkan rumah sakit lain. Selain rumah sakit rujukan yang semuanya dalam kondisi overload.
Selain IGD yang overload, Woro menambahkan, faktor lain yang membuat antrean makin panjang di antaranya keluarga pasien yang telah sembuh terlambat menjemput. Padahal, pasien seharusnya dijemput sebelum jam 12 siang.
Kemudian pergeseran pasien COVID-19 dari IGD menuju ruang isolasi harus menunggu hasil PCR kedua keluar. Itu membutuhkan waktu sekitar 24 jam. Selain itu, pergeseran pasien IGD yang terpasang ventilator harus menunggu kondisi pasien siap dipindahkan ke ruang isolasi yang juga telah terpasang ventilator.
Kapasitas ruang isolasi saat ini, lanjut Woro, juga menipis. Karena dari ketersediaan 150 bed, telah terisi 134. Dengan sisa bed sebanyak 16 sementara jumlah antrean telah mencapai 57, tentu bukan hal yang mudah untuk menatanya.
Pendirian tenda darurat di rumah sakit, menurut Woro tidak bisa menjadi solusi tercepat. Karena dari pengalaman sebelumnya, pasien tidak mau menempati bed di dalam tenda. Alasannya, mereka tidak mau kedinginan atau kehujanan dan bed dari BPBD tidak memenuhi standar bagi pasien yang mengalami sesak napas.
"Sebenarnya kami sudah rencanakan membuat segitiga pengaman untuk sandaran bed supaya bisa diposisikan duduk, tapi oksigen tabung yang kita gak ada stok. Kemarin juga pasien gak mau tidur di bed BPBD itu," ungkapnya.