"Kami tidak menarget peminjam. Kalau mau mengganti ongkos isi ulang silakan, tidak juga tidak masalah. Waktu meminjam tidak kami batasi, selama masih dibutuhkan tabung tidak akan kami ambil. Kebanyakan peminjam mencari isi ulang sendiri saat oksigen habis. Bagi yang tidak mampu, kami carikan," jelasnya.
Tidak hanya itu, LPBI NU dan Welirang Community juga menyediakan 2 ambulans untuk mengantar pasien ke rumah sakit dan mengantar jenazah ke pemakaman. Kedua ambulans tersebut murni untuk aksi kemanusiaan sehingga para relawan tidak memasang tarif sewa.
"Kami tidak pernah meminta maupun memasang tarif. Kalau mau mengganti bensin silakan, berapa pun jumlahnya tidak masalah. Kami juga melihat kondisi ekonomi pasien, kami tolak pemberiannya kalau orangnya tak mampu," kata Anam.
Uang pemberian sukarela masyarakat, baik pengganti isi ulang oksigen maupun bahan bakar ambulans yang dikelola para relawan untuk menunjang operasional mereka sehari-hari. Yakni untuk merawat ambulans, membeli bahan bakar dan biaya isi ulang oksigen.
"Kami membuat grup WA (WhatsApp) saling bantu informasi pengisian oksigen untuk memudahkan koordinasi. Grup anggotanya beberapa relawan dan orang-orang yang membutuhkan oksigen dan ambulans," tutur Anam.
Ia berharap Pemkab Mojokerto mampu menjamin tidak ada lagi rumah sakit yang menolak pasien. Terlebih lagi pasien yang datang dalam kondisi kritis. Selain itu, pemerintah diminta memberi informasi kepada masyarakat terkait tempat-tempat pengisian oksigen medis secara real time.
"Kalau ada informasi tempat pengisian oksigen yang masih tersedia, menurut kami sudah cukup membantu masyarakat. Karena masyarakat tidak manja, mereka rela ke sana kemari demi mendapatkan oksigen," pungkas Anam.
(sun/sun)