Salah seorang pembeli di sebuah warung makan di Surabaya Barat, Satria Yoga Pratama (26) mengaku senang, bisa makan di tempat. Namun, ia menyayangkan waktu yang diberikan hanya 20 menit. Ia merasa dikejar-kejar waktu saat makan.
"Akhirnya warung-warung makan bisa buka kembali, mereka bisa mendapatkan pelanggan lebih banyak lagi. Tapi kalau waktunya cuman 20 menit, rasanya kayak dikejar-kejar pas makan, jadi nggak puas," kata Satria kepada detikcom, Senin (27/7/2021).
Ia merasa harus tergesa-gesa sampai tak bisa menikmati lezatnya makanan. Terlebih, saat makan malah fokusnya ke waktu yang terus berjalan.
"Gimana ya, baru dua suap nguyah udah liat jam. Kalau gopoh-gopoh (tergesa-gesa) kan bisa tersedak. Belum lagi kalau minumnya kopi, kan nunggu dingin. Ya Allah, sekalinya dibuka dikasih waktu, berasa challenge," ujarnya.
Hal serupa diungkapkan pembeli lainnya, Muhamad Yudha (21). Ia kemudian membayangkan, bagaimana jika orang tua yang makan di tempat. Yang untuk mengunyah saja membutuhkan waktu lebih lama.
"Yang muda makan waktu 20 menit sambil minum aja itu sudah kecepatan, dikejar-kejar sama waktu. Lah, nanti gimana sama yang tua, ngunyah susah, belum sempet minum waktunya habis. Kan kasihan, kesedak," kata Yudha.
Pembeli lainnya, Syadza Putri (23) juga mengatakan, waktu 20 menit terlalu singkat. Orang pasti tidak akan fokus saat makan, tetapi terus melihat jam.
"Jadi nggak bisa makan dengan tenang, dikit-dikit lihat jam. Kalau pembelinya ga tertib, nanti penjualnya yang kena," ujarnya.
Ia juga mengatakan, penjual tidak punya waktu untuk menjadi time keeper aturan makan di tempat. Penjual akan fokus melayani pembeli.
"Dikasih 20 menit, yang ngitung siapa kalau bukan pembelinya sendiri. Kan kembali lagi ke orang masing-masing. Kalau ada time keeper baru bisa terlaksana dengan tertib, lah penjual kan ya fokusnya ngelayani," pungkasnya.
Simak juga video 'Pesan Sandiaga ke Penjual Makanan Biar Dine In 20 Menit Tak Langgar Aturan':
(sun/bdh)