"Kita ada ikhtiar medis dan ikhtiar spiritual atau tolak balak (Mengusir COVID-19)," ujar Marhaen Djumadi saat dikonfirmasi detikcom, Minggu (25/7/2021).
Marhaen mengungkapkan, selain mengajak masyarakat menggelar ritual juga menyadarkan masyarakat akan terus mentaati protokol kesehatan. Tingginya angka COVID-19 di Nganjuk menyerupai varian delta.
"Bagaimana membangun kesadaran masyarakat mentaati protokol kesehatan itu terus kita upayakan sosialisasi. Varian delta memang cepat, biasanya dulu 15 menit baru bisa terdeteksi tertular atau tidak, sekarang detik. Saya pantau 5 orang keluarga besar meninggal ada beberapa di Nganjuk ini," tandasnya.
Marhaen mengatakan, tolak balak bisa digelar tiap RT dengan membuat nasi tumpeng. Dengan adanya ritual tolak balak diharapkan COVID-19 bisa segera berakhir.
Baca juga: Fakta Terbaru Varian Delta, Penampakan dan Alasan Lebih Gampang Menular |
"Ada juga ikhtiar budaya. Istilahnya wong Jowo (Orang Jawa) ada tolak bakal nya mungkin tiap RT buat tumpengan RW juga, semoga kita ketuk pintu langit dr berbagai sumber, ada dampak baik berakhirnya COVID-19," kata Marhaen.
Marhaen menjelaskan, dalam mengentaskan kasus COVID-19 ada keseimbangan antara ikhtiar medis dan spiritual dan budaya. "Skema pemda selain fokus bidang medis, penanganan COVID-19 juga fokus spiritual, keduanya seimbang. Kalau dominan medis maka tercipta kesombongan, tapi kalau fokus spiritual kebodohan, jadi seimbang," ungkapnya.
"Tujuan tolak balak untuk ketuk pintu langit, banyak yah berdoa karena ada keterbatasan manusia juga, karena virus ini tidak tampak," imbuhnya.
Data yang dihimpun detikcom, tim satgas COVID-19 Nganjuk sempat mencatat bahwa dalam 8 hari, kasus COVID-19 di Nganjuk tambah 2.800. Saat ini kasus aktif COVID-19 di Nganjuk masih ada 2031 dan ada 1.628 melakukan isolasi mandiri. (fat/fat)