Sebelum menggeluti dunia vape, Kevin pernah mencoba berbagai usaha. Bahkan usaha ini telah dijajaki Kevin sejak bersekolah di bangku sekolah menengah pertama.
Kevin mengaku pernah berjualan binder, bolpoin, obat pelangsing hingga beternak anjing. Meskipun akhirnya usaha yang ia geluti tak berhasil.
Kevin pun mulai melirik adanya peluang di tahun 2012. Di mana penggunaan vape di Indonesia mulai banyak diminati. Mulanya ia menjual device vape, kemudian beralih membuat industri likuid hingga saat ini.
Baca juga: PPKM Level 4 Jadi Direlaksasi? |
"Semua ini proses kreatif. Bagaimana kemudian menggunakan desain, mempromosikan melalui platform digital selain itu di Youtube juga bisa jadi ajang promosi sekaligus mendapat pundi dari adsense. Saya rasa di era saat ini, kreativitas tidak akan pernah habis jika orang tidak bermalas-malasan," terangnya.
Kevin pun tak lalai pada asalnya. Setidaknya, puluhan karyawan itu berada di lingkar pertemanannya sejak ia kecil. Bahkan, perusahaan bernama Riot yang diinisiasi olehnya itu merupakan perusahaan bersama. Ada sebagian sahamnya yang dimiliki oleh teman-temannya.
"Bagi saya keluarga dan teman adalah ruh. Saya berpikir kalau saya bisa maju sekeliling saya juga harus terima manfaat. Maju bersama. Berkembang bersama. Karena proses kreatif itu lebih mudah dilakukan ketika kita ada sparing partnernya," tandas Kevin.
(hil/fat)