Sayangnya, pintu masuk ke rumah sakit milik Pemkab Mojokerto itu ditutup dengan portal. Sehingga ambulans yang membawa Titin tidak bisa masuk ke IGD.
Riki dan sejumlah relawan LPBI NU pun mendatangi petugas IGD dengan berjalan kaki untuk melewati portal. Sedangkan Titin kondisinya masih kritis di dalam ambulans dengan saturasi oksigen hanya 25 persen.
"Saat itu, di IGD hanya ada 3 pasien, nakesnya 5-6 orang, banyak bed kosong. Di tenda darurat hanya ada 2 pasien, tabung oksigen banyak. Namun, kami diminta cari rumah sakit lain dengan alasan nakes mereka terbatas. Kami sampaikan butuh penanganan pertama saja, tetap ditolak. Alasannya kalau menerima pasien baru tidak akan tertangani karena sudah banyak pasien COVID-19, nakesnya kurang," terangnya.
Riki akhirnya melobi manajemen RSI Sakinah melalui telepon. Ia menyampaikan kondisi Titin sudah kritis. Saudaranya itu mengalami sesak napas dengan saturasi oksigen hanya 25 persen sehingga membutuhkan ventilator. RS swasta di Jalan RA Basuni, Sooko itu akhirnya bersedia menerima Titin.
"Masuk ke IGD Sakinah Jam 06.30 WIB langsung dipasangi peralatan. Saturasinya 45 kemudian naik menjadi 80. Saat itu kondisi IGD memang sudah penuh, Titin dirawat di sebelah pintu masuk IGD," ungkapnya.
Sesak napas yang dialami Titin ternyata akibat infeksi COVID-19. Hasil swab antigen maupun swab PCR menunjukkan ibu dua anak ini positif COVID-19. Menurut Riki, kerabatnya itu mempunyai riwayat sakit asma. "Hasil rontgen paru-parunya putih semua karena Corona," tandasnya.
(fat/fat)