Isolasi mandiri dilakukan selama 7 sampai 10 hari untuk yang tidak bergejala. Sedangkan 14 hari bagi yang bergejala ringan. Dengan catatan, di 3 hari terakhir isoman sudah tidak ada gejala yang muncul.
Dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair) dr Arief Bakhtiar SpP menyebutkan empat hal yang perlu diperhatikan selama isoman.
1. Rutin melakukan evaluasi
Arief menjelaskan, evaluasi penting dilakukan selama menjalani isoman. Evaluasi dapat dilakukan dengan memantau suhu badan, dan rutin mengukur saturasi oksigen pada penderita.
"Jika dalam 2 sampai 3 hari ke depan gejalanya semakin memburuk, ya isolasi mandirinya jangan dilanjutkan, segera ke rumah sakit," kata Arief, Jumat (16/7/2021).
Baca juga: Pria di Lumajang Meninggal Saat Isoman |
2. Sediakan fasilitas yang mumpuni
Ia menyarankan, tempat tinggal atau rumah dalam kondisi mumpuni selama isoman. Setidaknya ada kamar tersendiri bagi pasien isoman dan barang-barang seperti tempat makan disendirikan.
"Lebih baik lagi jika ada 2 kamar mandi, sehingga salah satunya dapat digunakan khusus untuk pasien yang sakit. Idealnya ruang isoman memiliki ventilasi yang baik seperti jendela. Sedangkan ruangan tertutup ber-AC akan semakin menambah konsentrasi virus di udara," jelasnya.
3. Selalu terapkan protokol kesehatan
Menurut Dokter Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi (Paru) itu, selama masa isoman semua anggota rumah wajib menjalankan prokes dengan ketat. Termasuk selalu memakai masker.
Selain masker, disinfeksi juga perlu dilakukan pada tempat-tempat yang sering disentuh, seperti pintu, pagar, dan meja. Untuk makanan, lebih baik diantar. Ia juga menyarankan untuk menggunakan alat makan sekali pakai.
"Jika pasien isoman adalah orang tua, maka kemungkinan perlu perawatan dari orang lain. Agar yang merawat adalah orang yang betul-betul sehat. Karena si perawat ini sudah termasuk dalam orang-orang yang kontak berat, maka harus menjalani proses isolasi juga," ujarnya.
4. Kontak fasilitas medis
Terakhir, sebelum isoman, pastikan pasien atau keluarga memiliki kontak dengan tenaga medis atau fasilitas kesehatan. Supaya, jika sewaktu-waktu keadaan pasien memburuk, dapat melakukan konsultasi dengan pihak medis.
Ia menegaskan, isoman bukan berarti benar-benar terisolasi, sebab tatap muka dengan anggota keluarga masih bisa dilakukan. Namun, jaraknya harus tetap berjauhan tidak kurang dari 2 meter.
"Penting untuk disadari bahwa jangan memaksakan isoman. Jika ada perburukan, ya sudah, harus ke rumah sakit atau usahakan ada pertolongan dari pihak medis," pungkasnya.
(sun/bdh)