.webp)
Rohman, salah satu penjual hewan kurban di kawasan Benowo mengaku, penjualan hewan kurban masih landai. Pasalnya, Idul Adha masih H-7.
"Ada pembeli, tapi masih sedikit belum banyak. Biasanya ramainya, H-4, H-3 hari kurbannya," ujar Rohman kepada detikcom, Selasa (13/7/2021).
Rohman menjelaskan penjualan hewan kurban selama pandemi COVID-19, khususnya saat PPKM darurat, tidak terlalu berdampak.
 Foto: Faiq Azmi |
"Sebenarnya dampaknya sih nggak terlalu. Karena orang sekarang ini kan jarang keluar. Kita inisiatif biasanya, jemput bola, nawarkan di musala-musala (masjid)," ungkapnya.
Rusman, salah satu penjual hewan kurban di kawasan Banyuurip mengatakan, omzet penjualannya tahun ini diperkirakan merosot. Pasalnya, banyak warga yang menjadi langganannya, kini kesulitan ekonomi.
"Biasanya setiap tahun pesan, entah itu sapi, atau kambing. Tapi karena Corona ini, ekonomi sulit semua," katanya.
Harga kambing yang ia jual sebenarnya bervariasi. Mulai dari Rp 2,5 juta hingga Rp 6 juta. Sedangkan hewan kurban jenis sapi dijual mulai dari Rp 15 juta-30 juta.
Hal berbeda diutarakan oleh Adit Hananta, salah seorang peternak hewan kurban di Tanggulangin, Sidoarjo. Adit mengaku, penjualan hewan kurban selama pandemi, justru meningkat. Bahkan, omzetnya, naik 100 persen dibanding sebelum pandemi COVID-19.
"Sejak dua tahun pandemi ini penjualan di luar dugaan. Tahun kemarin laku sekitar 110 ekor sapi plus 150-an kambing. Tahun ini, masih H-7 Idul Adha sudah terjual sekitar 90 ekor sapi dan 150 ekor kambing," ungkapnya.
Sebelum pandemi, Adit menyebut, penjualan hewan kurban di tempatnya tidak lebih dari 100 ekor. Harga hewan kurban yang ia jual bervariasi. Untuk sapi mulai Rp 15 juta hingga Rp 35 juta.
"Sebelum pandemi, biasanya 80 ekor sapi (laku) itu sudah bagus. Sejak pandemi, banyak masjid yang juga minta, hewan kurbannya dipotong di kandang. Jadi masjid tinggal membagikan. Sekarang yang laris sapi harganya di bawah Rp 25 juta, lancar penjualannya," pungkasnya. (iwd/iwd)
