Pedagang kecil yang paling terdampak di kawasan alun-alun karena akses ke kawasan ini ditutup sejak pukul 09.00-22.00 WIB. Akibatnya kawasan ini lengang dan pedagang kehilangan pelanggan.
Ngadiman, penjual rujak manis dan es degan di kawasan Alun-Alun Pasuruan mengatakan omzet penjualannya anjlok. Sebelum penerapan PPKM Darurat, omzetnya Rp 350 ribu. Namun kini tinggal Rp 80 ribu.
Kondisi itu diperparah karena dia tak lagi berjualan es degan sejak PPKM Darurat diberlakukan. Menurutnya, tak ada pelanggan yang beli es degan. Dia sudah menghentikan jualan es degan sejak awal PPKM Darurat di Pasuruan karena sepi.
"Bisa nempur (Beli) beras untuk makan besok, sudah berutang," kata Ngadiman kepada detikcom, Jumat (9/7/2021).
Meski begitu, Ngadiman mengaku akan tetap berjualan. Dia berharap tetap ada pembeli meski kawasan tempat jualannya sepi.
"Kalau nggak jualan gimana. Bismillah tetap dikasih rezeki sama Allah," ungkapnya.
![]() |
Baca juga: Langgar Jam Malam, Warga Mancing dan Nongkrong di Sidoarjo Dibubarkan |
Penjual makanan dan minuman di Jalan Alun-Alun Utara, Restu Ervalia, mengungkapkan keluhan sama. Sejak PPKM Darurat, penjualan seret. Puncaknya, 2 hari terakhir dia terpaksa membawa pulang makanan yang dijual.
"Kalau begini ya besok nggak bisa jualan. Malah rugi kalau nggak laku," terang Restu.
Restu mengaku sedih karena terancam kehilangan pemasukan. "Apalagi ini mau bayar daftar ulang anak sekolah," terang ibu dua anak ini.
Mak La, begadang kopi di bawah menara air alun-alun bahkan mengaku tidak menerima pembeli sejak pagi hingga sore hari. Meski begitu dia mengaku akan tetap berjualan.
"Sudah kerjaannya gini, mau apa lagi. Pasrah saja," ungkapnya.
Sejak PPKM Darurat, Satgas COVID-19 Kota Pasuruan menyekat 23 titik jalan, bahkan seluruh akses alun-alun ditutup.
Satgas mempersilahkan warung, PKL, kafe dan restoran buka namun harus dilarang dine in atau makan di tempat. Meski demikian warung, kafe dan rumah makan serta PKL sepi pembeli.
Simak Video: Apabila Bisnis Anda Terpaksa Utang di Masa Paceklik
(fat/fat)