Terpuruk dampak pandemi COVID-19 tak membuat Sunarti (50) patah arang. Kini usaha membuat sale pisang kembali ditekuni untuk bangkit dari Corona. Berkat bantuan penjualan melalui marketplace, bisnis tradisional itu pun perlahan bangkit.
"Bagaimanapun saya harus bangkit. Apalagi ini satu-satunya sumber penghasilan saya," ucap Sunarti ditemui di rumahnya Desa Hadiluwih, Kecamatan Ngadirojo, Rabu (7/7/2021).
Sejak wabah Corona melanda, lanjut dia, penjualan sale buatannya sempat terhenti. Bahkan hampir 6 bulan roda perekonomian keluarga nyaris mandeg. Dia pun harus memutar otak untuk bertahan.
Dalam situasi sulit seperti itu, Sunarti kerap mengajak keluarga mengobrol. Tak terkecuali dengan anaknya. Dari perbincangan tersebut muncullah gagasan membangun jaringan promosi via lokapasar.
Baca juga: Kades Cantik Lamongan Ini Ajak Warga Bangkit dari Corona dengan Bagi Sembako |
Pada waktu bersamaan, Sunarti tak segan menawarkan langsung kepada para tetangga. Walau awalnya tak mudah namun akhirnya kepercayaan pasar mulai tumbuh. Tak sedikit pesanan datang, baik secara daring maupun luring.
"Alhamdulillah, pesanan lumayan. Malah ada yang dari Solo, Yogyakarta dan Surabaya," tambahnya.
Seiring makin banyaknya pesanan, kian padat pula kesibukan Sunarti di rumah. Terlebih pembuatan sale pisang membutuhkan waktu dan ketelitian. Beruntung bahan baku relatif mudah di diperoleh di lingkungan sekitar.
Lihat juga Video: Menkominfo Dorong Produk UMKM Manfaatkan Platform Digital
Satu-satunya jenis pisang yang cocok dibikin sale hanyalah varian Awak. Buah yang sudah tua harus dibiarkan hingga benar-benar matang sebelum diolah. Tujuannya agar sale yang dihasilkan bertekstur lembut, berasa manis, serta beraroma harum.
Pisang yang sudah ranum dikupas lalu diiris tipis membujur. Berikutnya irisan pipih berbentuk panjang itu dijemur di bawah terik matahari. Durasinya pun cukup lama, yaitu 6 hari. Setelah kering barulah siap dibungkus.
Proses pengemasan pun tak kalah rumit. Apalagi untuk menjaga ciri tradisional, Sunarti sengaja memilih klaras (Daun pisang kering) sebagai pembungkus. Benda yang lazimnya hanya dibuang itu harus dibersihkan dulu lalu dikukus agar lentur.
![]() |
Baca juga: Pemuda Jombang Ini Bangkit dari Pandemi dengan Jasa Cuci Motor-Mobil Online |
"Setelah itu pisang kita gulung dan dibungkus dengan daun yang sudah dikukus. Tiap bijinya diikat dengan tali dari bambu," ujar Sunarti sembari mempraktekkan pembuatan sale pisang.
Produk bikinan Sunarti dijual dengan harga terjangkau. Tiap renceng berisi 24 butir sale pisang dibanderol Rp 7.500. Tak hanya sale berbungkus daun pisang, ibu dua anak itu juga membuat sale berbentuk anggur serta criping pisang.
Penjualan jajanan tradisional buatan Sunarti diberi label 'Sale Putra Bayu'. Selain melayani pembelian konvensional, produk khas Kota 1001 Gua tersebut juga dapat dicari di lokapasar.