Khofifah mengatakan adanya lonjakan COVID-19 di Jatim, juga ditemukan varian baru delta dari India, membuat pihaknya harus mengoptimalkan penggunaan isolasi terpusat di rumah karantina. Di sini memiliki tingkat Bed Occupancy Ratio (BOR) sebesar 21%.
Menurut Khofifah, rumah karantina ini untuk mengurangi beban rumah sakit rujukan COVID-19, yang seharusnya bisa lebih fokus pada pasien dengan gejala sedang ke berat. Karena, masih banyak masyarakat dengan gejala ringan maupun tanpa gejala yang memenuhi tempat tidur di rumah sakit.
Baca juga: Agenda Padat Gubernur Khofifah Sebelum Kembali Terpapar COVID-19 |
"Harapannya, ruang isolasi terpusat ini bisa dioptimalkan dan dengan adanya pemisahan pasien-pasien yang tidak ada gejala ataupun gejala ringan, bisa meringankan beban rumah sakit rujukan. Karena selama ini, rumah sakit rujukan seringkali dipenuhi oleh pasien-pasien yang bergejala ringan atau bahkan tanpa gejala," ujar Khofifah pada keterangan pers saat di Tuban, Jumat (25/6/2021).
Kendati demikian, Khofifah mengatakan pelayanan kesehatan yang diberikan pada pasien di rumah karantina akan tetap maksimal. Masyarakat tak perlu khawatir karena semua pasien akan diawasi dengan ketat dan diberi tindakan cepat jika menunjukkan gejala lebih serius.
"Yang diisolasi di rumah karantina itu pasien-pasien dengan saturasi oksigen baik. Tapi kalau memang saturasi oksigen pasien sudah turun di bawah 95%, barulah akan dirujuk ke rumah sakit," terang orang nomor satu di Jatim ini.
Saat ini, masih ada kurang lebih 3.054 ruang karantina terpusat yang tersebar di 28 kabupaten atau kota di Jatim. Dari data per tanggal 15 Juni 2021 pukul 17.00 WIB, ada tiga daerah dengan keterisian rumah karantina tertinggi yakni di Tulungagung, Bangkalan dan Kota Surabaya.
Selain itu, Khofifah juga melakukan penambahan tempat tidur, utamanya di rumah sakit rujukan COVID-19. Berdasarkan data Satgas COVID-19, terdapat 1.300 penambahan tempat tidur di seluruh rumah sakit Jatim sejak 1 Juni 2021 hingga 23 Juni 2021.
Bantuan tambahan tempat tidur ini terutama difokuskan untuk rumah sakit di zona merah seperti di Bangkalan. Di mana, Pemprov memberikan ekstra bed pada Rumah Sakit Syarifah Ambami Ratu Ebo, yang kini menyediakan 216 bed setelah sebelumnya hanya memiliki 90 bed saja.
Pemprov juga memberikan 6 tambahan bed untuk ICU perawatan COVID-19 di RS Syarifah Ambami Ratu Ebo, yang sebelumnya hanya memiliki 7 bed saja.
"Dengan tambahan tempat tidur ini, jumlah bed layanan COVID-19 di Jatim yang awalnya hanya 7.109 kini berjumlah 8.460. Karena selain bed kita sediakan di rumah sakit rujukan, kita juga mendirikan rumah sakit lapangan yang kapasitasnya sekarang hampir mencapai 600 bed. Mudah-mudahan ini bisa menjadi langkah konkrit kita melawan pandemi COVID-19," harap Khofifah.