Widodo, warga Desa Prajegan, Kecamatan Sukorejo kebanjiran order pembuatan tungku. Pria 50 tahun ini mengaku sebulan bisa melayani orderan 600 buah tungku.
"Satu tungku kecil Rp 65 ribu yang besar Rp 100 ribu," tutur Widodo kepada detikcom, Minggu (20/6/2021).
Widodo menjelaskan biasanya dia kebanjiran orderan usai lebaran. Banyak pengepul yang meminta dia mengirim tungku buatannya.
"Ada pengepul sekali pesan 100 hingga 200 buah tungku," jelas Widodo.
Baca juga: 4 Peluang Bisnis Kala Pandemi |
![]() |
Usaha yang ia geluti sejak 2009 ini, lanjut Widodo, masih berjalan dengan lancar hingga saat ini. Namun karena ada pandemi COVID-19, omzetnya sempat menurun.
"Sebelum pandemi bisa 1.200 buah tungku per bulan, sekarang 600 buah," terang Widodo.
Awalnya dia dibantu dengan beberapa pekerja. Namun saat ini dia hanya mengerjakan pesanan tungku sendirian.
"Sekarang bikin sendiri, soalnya kan kalau tiap hari bikin ya harus digaji," papar Widodo.
Pria asli Lampung ini mengaku tahun 2004 awalnya dia berprofesi sebagai pengepul tungku dari Lampung dan dijual di Ponorogo. Dari sini dia pun berkenalan dengan pedagang.
"Tahun 2009 sempat tersendat pengiriman dari Lampung. Akhirnya saya buat sendiri, nyari tanah yang pas. Ketemunya dari Kecamatan Bungkal," imbuh Widodo.
Widodo pun tak segan membagikan tips dan trik tungku buatannya. Yakni perbandingannya 1 banding 10. Artinya 1 tanah liat dicampur dengan 10 abu sekam. Kelebihannya, tungku buatannya lebih ringan. Beratnya hanya sekitar 4 hingga 5 kilogram. Serta mudah dipindahkan.
Beban maksimal tungku bisa menanggung 60 hingga 70 kilogram. Selain itu, membuat masakan lebih cepat matang dan irit bahan bakar.
"Meski di bawah tungku ada tekel atau keramik tetap aman, meski banyak angin juga api tetap stabil," tukas Widodo.
Widodo mengaku tungku buatannya biasa dikirim ke Bali, Medan, Pekanbaru, Jambi. Pun juga ke Ngawi, Caruban.
"Harapannya kalau orderan kembali normal bisa memanggil pekerja lagi, yang penting sekarang cukup untuk menyambung hidup," pungkas Widodo. (iwd/iwd)