Simak Saran Pakar soal Temuan COVID-19 Varian Inggris dari Pasien Bangkalan

Round-Up

Simak Saran Pakar soal Temuan COVID-19 Varian Inggris dari Pasien Bangkalan

Tim Detikcom - detikNews
Rabu, 09 Jun 2021 10:06 WIB
Yellow SARS-CoV-2 lineage B.1.1.7 mutation virus tape barrier beyond a quarantine point.
Foto: Getty Images/iStockphoto/serts
Surabaya -

Mutasi COVID-19 varian alpha (varian B117 Inggris) ditemukan dari salah satu pasien asal Bangkalan, Madura. Adanya mutasi ini ditemukan oleh Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga (Unair) melalui sampel tes yang ditelitinya.

Pakar Imunologi Universitas Airlangga (Unair) Dr dr Agung Dwi Wahyu Widodo mengatakan temuan mutasi baru ini diungkapkan Direktur ITD Unair Prof Maria Inge Lusia.

"Jadi Unair punya ITD, di mana ITD berperan dalam diagnosis infeksi. Salah satu yang dilakukan genomic sequencing, untuk mendeteksi gen COVID-19. Virus dilakukan sequencing apakah ini virus baru apa lama," kata dr Agung saat dihubungi di Surabaya, Selasa (8/6/2021).

"Jadi salah satu yang bisa kita dapatkan hasilnya, ada salah satu pasien yang dirawat yang berasal dari Bangkalan yang swabnya menunjukkan dia terinfeksi varian B117 UK atau oleh WHO sekarang disebut varian alpha," tambahnya.

Pria yang juga menjadi Dewan Pakar Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jawa Timur ini menambahkan virus ini terkenal cukup ganas. dr Agung menyebut di Inggris, penularannya bisa meningkat 40 hingga 90%.

"Ini menunjukkan jika suatu daerah teridentifikasi varian ini, menurut WHO maka kita harus bersiap-siap mendapatkan kasus yang cepat. Varian Alpha ini di Inggris saja dia mampu meningkatkan penularan 40% sampai 90% dalam waktu yang cepat, di Amerika doubling timenya dalam 10 hari. Kasus 100 menjadi 200 dalam waktu 10 hari," paparnya.

Untuk itu, dr Agung menyarankan agar dilakukan persiapan fasilitas isolasi hingga perawatan di rumah sakit. Karena, penyebaran virus ini cukup cepat.

"Kecepatan menyebarnya cukup cepat, dibutuhkan sarana merawat pasien ini lebih banyak. Saya juga dapat laporan, seringkali pasien yang terpapar virus ini, kurang dari dua hari sudah meninggal. Cepat sekali. Selanjutnya progresivitas penyakitnya lebih berat lagi," ungkapnya.

Di kesempatan yang sama, dr Agung mengingatkan masyarakat agar lebih meningkatkan kewaspadaan. Salah satunya dengan mematuhi protokol kesehatan.

"Virus ini bukan virus yang kemarin, ini virus baru yang bahasa awam dibilang ganas dan menyebabkan kondisi berat dan tidak menutup diri menyebabkan reinfeksi pada pasien yang pernah terkena COVID-19," pesannya.

Simak juga 'Menkes Menghimbau Soal Kasus Mutasi Baru COVID-19 di Indonesia':

[Gambas:Video 20detik]



Sementara Epidemiolog Unair, Dr dr M Atoillah Isfandiari MKes mengatakan adanya mutasi Corona baru ini sebenarnya sudah diperingatkan pakar jauh sebelum libur lebaran. Dia mengatakan sejak Januari 2021, sudah disampaikan ada kemungkinan varian-varian baru masuk ke Indonesia.

"Jadi sebenarnya apa yang ditemukan di ITD itu sebenarnya hanya mengkonfirmasi saja dari peringatan yang sudah diberikan," kata Ato sapaan akrabnya.

Ato mengungkapkan adanya varian baru yang jauh lebih mudah menular ini dapat dipengaruhi oleh mobilitas. Terutama antara wilayah Bangkalan dan Surabaya. Mobilitas tinggi ini memberikan risiko penularan tinggi pula untuk kedua wilayah.

Tak hanya itu, Ato menduga kemunculan varian baru ini dibawa oleh Pekerja Migran Indonesia atau TKI dari Luar Negeri yang pulang ke Indonesia saat lebaran.

Untuk itu, Ato menilai testing menjadi langkah dasar untuk mengetahui dan melacak masyarakat yang terkonfirmasi positif COVID-19. Setelah dilakukan testing, dia menyarankan dilakukan pembatasan atau isolasi sesuai dengan hasil testing tersebut.

"Yang penting ditesting dulu kalau ketemu yang positif diisolasi dan ditelusuri domisilinya. Maka daerah sekitar domisilinya itu yang diisolasi. Bisa jadi kalau dari testing itu ketemu positifnya merata dari berbagai kota di Pulau Madura pada akhirnya bisa mengarah pada ke karantina wilayah pulau," paparnya.

Menurut Ato, kegiatan testing yang dilakukan di Jembatan Suramadu merupakan sedikit saja gambaran lonjakan COVID-19. Hal ini juga menjadi sedikit upaya untuk meminimalisir persebaran di Surabaya.

Namun, kegiatan ini juga harus diimplementasikan untuk kegiatan mobilitas dalam kota. Hal ini untuk mendeteksi dan menggambarkan persebaran di Madura.

Selain itu, Ato menilai perlu adanya kesadaran masyarakat Surabaya yang telah melakukan perjalanan libur lebaran atau mobilitas ke Madura untuk melapor ke puskesmas bila ada keluhan kesehatan.

"Yang terpenting, untuk wilayah Madura sendiri jika ada kasus positif dilakukan tracing dalam seminggu ini sudah bertemu dengan siapa saja, termasuk saudara mereka yang mobilitas di Surabaya," ucap Ato.

Sehingga, warga Madura yang ada di Surabaya dapat ditracing lebih lanjut. "Kalau ingin efisien dan efektif, testing di Madura bagus dan ketemu positif maka dilanjutkan dengan tracing yang juga harus bagus. Misalnya dalam seminggu terakhir apakah pernah ada riwayat kontak dengan yang berkunjung dari luar pulau Madura termasuk dari Surabaya," pungkasnya.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.