"Kita semua, khususnya yang bermukim di kawasan pantai selatan yang rawan gempa dan tsunami, mulailah belajar gempa dan tsunami sehingga kita bisa selamat karenanya," imbuhnya.
Tak hanya itu, Amien juga berpesan untuk masyarakat di pesisir pantai selatan agar membangun rumah hingga fasilitas umum yang tahan gempa.
"Kalau kita amati bangunan yang ada sebagian masih banyak bangunan yang "un-engenered" atau boto ditumpuk, tanpa tulangan, baik itu rumah tinggal, sekolahan dan kantor sangat rentan terkena gempa. Apalagi berita terakhir ada bangunan sekolah yang roboh dengan sendirinya," ungkapnya.
"Kita semua, masyarakat yang berpengetahuan lebih mempunyai tanggung jawab moral memberi dan meningkatkan kapasitas masyarakat yang ada di sekitar kita di semua tingkatan termasuk juga para birokrasi. Pernahkah kita terpikir melatih masyarakat difable, bagaimana melatih masyarakat tuna netra, tuna wicara dan lain lain. Mestinya akan sangat baik kalau juga dilakukan dan ditunjang penelitian terkait dengan gempa dan tsunami," papar Amien.
Di kesempatan yang sama, Amien menyinggung bagaimana Tuhan masih mencintai umatnya dengan memberikan gempa yang terjadi bukan di waktu sibuk atau waktu istirahat masyarakat. Hal ini merupakan peringatan untuk berbenah.
"Kita semua, masyarakat Indonesia masih untung, karena gempa dan tsunami yang beberapa tahun ini terjadi pada saat belum jam istirahat, bukan terjadi pada saat jam sibuk, jam masuk sekolah dan masuk kerja. Andai terjadi pada jam kerja dan jam sekolah, maka korbannya akan sangat banyak dan mengerikan. Ribuan gedung sekolahan dan kantor rusak berat saat terjadi gempa Yogya dan Jawa Tengah, sehingga bisa dibayangkan kalau terjadi pada saat jam sekolah dan jam kerja. Ingatlah bahwa Gusti Allah masih menyayangi kita, masih menyentil kita, berfikirlah, berbenahlah untuk masa depan lebih baik," pesan Amien.
(hil/fat)