"Yakni untuk jemaah laki-laki di masjid besar, kemudian yang perempuan di langgar (surau) perempuan. Kemudian satu lagi di masjid belakang pondok juga ada. Jadi ada 3 lokasi beda," kata Pengasuh Ponpes Mahfilud Duror, KH Ali Wafa saat dikonfirmasi detikcom usai salat Id, Rabu (12/5/2021).
Menurut pria yang karib disapa Ra Ali ini, ponpesnya selama ini menggunakan kitab Nuzhatu Al Majaalis Wa Muntakhobu Al Nafaais sebagai patokan. Dan itu sudah menjadi pegangan secara turun temurun oleh kiai dan pengasuh ponpes Mahfilud Duror.
Dengan berpegang kitab tersebut, biasanya santri ponpes dan warga sekitar akan menjalani ibadah puasa Ramadan lebih awal dari ketetapan pemerintah. Demikian juga penetapan 1 Syawal, juga lebih awal.
"Meskipun berbeda dengan ketetapan pemerintah, dalam kurun waktu 5 tahun sekali, ada hari awal Ramadhan ataupun awal Syawal bersama dengan pemerintah. Jadi kami tidak selalu berbeda," terang Ra Ali.
"Kemudian setiap sewindu sekali atau 8 tahun sekali, ada ijtihad yang dilakukan untuk diperbaharui hitungannya," sambungnya.
Terkait penerapan Protokol Kesehatan (Prokes) COVID-19, lokasi salat sudah disemprot disinfektan. Penyemprotan dilakukan pada malam saat takbiran.
"Kemudian saat pelaksanaan salat, Alhamdulillah kita sediakan masker. Meskipun juga akhirnya tidak cukup karena kehabisan. Tapi jemaah juga banyak yang membawa sendiri dari rumah. Juga ada hand sanitizer, jadi sudah menyadari kondisi Pandemi COVID-19 sekarang ini," pungkas Ra Ali.
Simak juga video 'MUI Imbau Silaturahmi Lebaran Virtual-Salat Id di Rumah untuk Zona Merah':
(Yakub Mulyono/iwd)