Radit asal Desa Kesamben, Kecamatan Plumpang. Ia merupakan anak kedua pasangan Mugiono dan Sutiah. Pihak keluarga pertama kali mendengar kabar KRI Nanggala-402 hilang dari kakak Raditaka yang dinas di TNI AL Sulawesi Selatan.
"Pertama kali dikabari anak saya yang dinas di Sulsel. Itu pun ibunya ndak berani dikasih tahu khawatir kalau syok karena sudah sering sakit," tutur ayah Radit, Mugiono di rumahnya, Senin (26/4/2021).
Radit masih bujang. Selama ini ia jadi tulang punggung keluarga. Sebab ayahnya yang merupakan tukang ojek sudah mulai tua.
"Sejak masuk Angkatan Laut, Radit jadi tulang punggung keluarga. Seminggu sekali pulang kalau nggak ada dinas lama. Kalau pulang selalu ngantar ibunya berobat. Sayang banget kalau dengan ibunya," imbuh Mugiono.
Mugiono mengaku hanya bisa pasrah dan mengikhlaskan kepergian anaknya. Ia menganggap tenggelamnya KRI Nanggala-402 sebagai takdir. Namun ia tetap berharap jenazah Radit bisa ditemukan.
"Apa pun kalau bisa ditemukan. Saya siap menerimanya apa pun bentuk jasadnya. Ini takdirnya. Tak ada firasat pada saya. Namun ibunya itu mimpi Radit datang bersama teman-temannya dengan penuh gembira," terang Mugiono.
Sebelum berangkat dinas pada pekan lalu, Radit sempat memenuhi keinginan ibunya untuk belanja mukena dan daster. Mereka belanja sebelum ibunya berobat.
"Sebelum balik ke Surabaya, ibunya diantar ke toko beli mukena dan daster. Karena mukenanya sudah jelek. Lalu diantar berobat," paparnya. (sun/bdh)