Melihat Bungker Tegalsari yang Direstorasi Pemkot Surabaya dan Sejarahnya

Melihat Bungker Tegalsari yang Direstorasi Pemkot Surabaya dan Sejarahnya

Deny Prastyo Utomo - detikNews
Sabtu, 17 Apr 2021 08:52 WIB
Pemkot Surabaya melakukan restorasi bungker Tegalsari. Bangunan itu akan dijadikan public space dan juga sentra PKL di sekitarnya.
Bungker Tegalsari, Surabaya/Foto: Deny Prastyo Utomo/detikcom
Surabaya -

Pemkot Surabaya melakukan restorasi bungker Tegalsari. Bangunan itu akan dijadikan public space dan juga sentra PKL di sekitarnya.

Saat ini, restorasi bungker Tegalsari masih dalam tahap pengerjaan oleh satgas dari Dinas Cipta Karya Kota Surabaya. Dalam bangunan tersebut juga ada tanda plakat dari Pemkot Surabaya yang menetapkan sebagai bangunan cagar budaya sesuai SK Wali Kota Surabaya No 188.45/230/ 436.1.2./ 2015, yang ditetapkan pada 23 September 2015.

Dalam plakat itu tertulis bungker Tegalsari yang berada di Jalan Tegalsari dibangun pada masa Hindia Belanda, sekitar tahun 1900an.

Bangunan itu sezaman dengan Mapolsek Tegalsari. Bangunan itu diduga sebagai tempat perlindungan, pengintaian dan pertahanan pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Kemudian Mapolsek Tegalsari juga merupakan kantor polisi pada zaman pemerintahan Hindia Belanda (d/h politiebureau 2e sectie te Soerabaja 1924 KITLV).

Keunikan bungker Tegalsari terletak pada bentuk atapnya yang berbentuk segi delapan. Dengan lubang-lubang ventilasi udara yang mempunyai kesamaan dengan kantor Polsek Tegalsari.

Salah seorang pencinta sejarah, Kuncarsono Prasetyo menyampaikan pengalamannya ketika mempelajari bangunan cagar budaya di Surabaya. Menurutnya, bungker Tegalsari pada masanya memang difungsikan untuk tempat perlindungan.

"Pada era tahun 1920an itu, memang diwajibkan memiliki bungker untuk perlindungan. Karena memang (waktu itu diduga) ada ancaman perang dunia kedua. Jadi semua bangunan yang dibangun pada tahun-tahun itu memiliki bungker," kata Kuncarsono kepada detikcom, Sabtu (17/4/2021).

Menurut Kuncarsono, salah satu bungker yang tersisa di Kota Surabaya berada di belakang Polsek Tegalsari. Di Surabaya, bungker juga ada di Rumah Dinas Wali Kota dan di Jalan Veteran.

"Karena semua rumah di tahun 1920an itu kira-kira IMB-nya diwajibkan syarat menyediakan bungker untuk perlindungan," ungkap Kuncarsono.

Pria yang akrab disapa Kuncar itu mengatakan, bungker Tegalsari dan kantor Polsek Tegalsari dulunya satu komplek yang sama-sama, yang kemudian ditetapkan dalam SK Wali Kota sebagai cagar budaya.

Tonton juga Video: Menengok Jejak Peninggalan Jepang di Simeulue

[Gambas:Video 20detik]



Berdasarkan literasi yang ia miliki, fungsi bungker ialah tempat untuk berlindung dari serangan udara. Oleh sebab itu, setiap bungker dibangun dengan kokoh.

"Fungsinya hanya itu perlindungan serangan udara. Makanya atapnya kan (dibangun) di cor. Sampai fungsinya bungker berakhir perang pendudukan jepang (di Surabaya), fungsi bungkernya sudah ndak ada. Jadi Tahun 1946, 1947 bungkernya sudah tidak berfungsi lagi," papar Kuncar.

Lebih lanjut Kuncar menjelaskan, bungker Tegalsari selalu dicat dengan berwarna hitam. Dengan tujuan kamuflase dari serangan udara.

"Dulu warnanya hitam, biar untuk kamuflase. Termasuk gedung-gedungnya di warnai hitam. Balai Kota itu (dulu) warnanya hitam. Semuanya gedung-gedung warnanya hitam dan juga bungker-bungkernya. Dan juga dilengkapi sirine. Seperti di balai kota juga. Kalau ada itu berbunyi semuanya lari ke dalam bungker," ungkap Kuncar.

Secara struktur bangunan, bungker Tegalsari dan bungker-bungker lainnya di Surabaya berbeda. Jika bungker Tegalsari atapnya segi delapan, bunker yang lainnya belum tentu sama.

"Berbeda, jadi gaya arsitekturnya menyesuaikan bangunan induknya seperti di Tegalsari. Sedangkan yang lainnya tidak. Kalau di Rumah Dinas Wali Kota itu segi empat. Kalau yang di komplek veteran di Jalan Rajawali itu malah tanpa sudut, seperti melengkung-melengkung," pungkas Kuncar.

Halaman 2 dari 2
(sun/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.