Manisnya berbisnis cincau dirasakan Muhammad Syaifuddin (31), warga Desa Plandi, Kecamatan/Kabupaten Jombang. Sejak awal Ramadan, permintaan terhadap cincau buatannya naik dua kali lipat.
"Alhamdulillah ada peningkatan. Biasanya 50 kotak menjadi 100 kotak lebih dalam sehari. Ramadan ini naiknya dua kali lipat," kata Syaifuddin kepada wartawan di tempat usahanya, Jumat (16/4/2021).
Saat ini, lanjut Syaifuddin, dirinya harus 8 kali memasak cincau dalam sehari untuk memenuhi pesanan para pelanggan. Sekali masak, dia mengolah 200 liter sari daun cincau yang didatangkan dari Pacitan dan Trenggalek.
Perasan daun cincau dia rebus menggunakan kuali besar. Selanjutnya, sari cincau diaduk menggunakan mesin setelah disaring. Tahap akhir, sari cincau didinginkan di suhu ruangan sampai menjadi jel yang kenyal.
![]() |
Sehingga Syaifuddin menghasilkan 1.500 liter atau 100 kotak cincau siap konsumsi per hari. Setiap kotak berisi 15 liter agar-agar yang dalam Bahasa Jawa disebut janggelan tersebut.
"Permintaan naik, tapi harga bahan bakunya naik. Sementara kami jual dengan harga tetap Rp 55.000 per kotak," terangnya.
Oleh sebab itu, Ramadan menjadi berkah bagi Syaifuddin. Karena omzet penjualan cincau buatannya naik dua kali lipat dibandingkan hari biasa. Yakni dari Rp 2,75 juta menjadi Rp 5,5 juta per hari.
"Cincau setiap hari saya kirim ke Jombang sendiri, Kediri dan Lamongan," ungkapnya.
Pria yang sudah puluhan tahun memproduksi cincau ini mempunyai trik khusus untuk menjaga kualitas produknya. Salah satunya dengan membatasi masa penjualan produknya maksimal dua hari.
"Pelanggan saya anjurkan dua hari sudah habis. Karena lebih dari itu teksturnya tidak kenyal dan segar. Kami menjaga kualitas. Saya tidak mau melayani kalau tidak bisa habis dalam dua hari," tandasnya.
Tonton juga Video: Es Timun Suri Cincau, Segar dan Manis untuk Buka Puasa
(fat/fat)