Abu Umar mengaku tidak menyangka jika anak menantunya terlibat jaringan terorisme.
"Bukan hanya kaget, kalau boleh memilih silakan bunuh saya saja, kasihan cucu saya. Masyaallah," kata Abu Umar kepada wartawan, Selasa (30/3/2021).
Dijelaskan Abu Umar, keseharian NM dinilai wajar layaknya warga yang lain. Namun karena yang bersangkutan sering beraktivitas di rumah asalnya di Desa Kemloko, Kecamatan Ngelok Blitar, sehingga harus bolak-balik Tulungagung-Blitar.
"Ya seperti biasa, kalau ada undangan selamatan dan dia pas ada di sini (Tulungagung) ya datang. Kalau boleh saya bilang dia itu halus orangnya," ujarnya.
Mantan Kades Tenggur ini menjelaskan selama ini anak menantunya tersebut bekerja menjalankan bisnis angkutan truk serta mengolah lahan di Blitar.
"Dump truknya itu ada yang menjalankan, temannya sekolah katanya. Selain itu ngurusi sawahnya," jelas Abu.
Abu Umar mengaku tidak pernah mengetahui aktivitas NM di luar pekerjaan sehari-hari, termasuk dugaan keterlibatan dalam jaringan terorisme. "Saya nggak tahu," ujar Abu.
Dijelaskan Abu Umar, sebelum menjalankan bisnis angkutan truk, NM sempat bekerja di Korea Selatan sekitar delapan tahun. "Di Korea itu sebelum punya anak yang kecil (2 tahun). Kemudian pulang punya anak yang kecil itu," imbuhnya.
Sebelumnya, Densus 88 Antiteror menangkap NM di Dusun Ngipik, Desa Tenggur, Kecamatan Rejotangan, Tulungagung. Selain Nanang, polisi juga membawa istri beserta anaknya yang masih balita. Sedangkan dari penggeledahan di rumahnya, polisi mengamankan barang bukti dua pucuk pistol beserta amunisi, parang kecil dan dokumen.
Simak Video: Densus 88 Tangkap Terduga Teroris di Tulungagung
(iwd/iwd)