Teras rumah warga itu menjadi semacam ruang kelas bagi anak-anak. Tak hanya untuk bermain. Di tempat itu pula para bocah yang masih duduk di bangku SD itu belajar bersama. Maklum, sejak pandemi COVID-19 kegiatan belajar mengajar tatap muka ditiadakan.
Meski tanpa kehadiran guru kelas, namun semangat mereka tak kelihatan surut. Sesekali gelak tawa terdengar dari wajah mungil yang tertutup masker. Posisi duduk pun diatur sedemikian rupa hingga jarak sosial tetap terjaga.
"Jenuh sih kalau di rumah terus. Banyakan tugasnya online. Jadi kalau mau ngerjakan ya harus numpang wifi di balai desa," ucap Wahyu Galih Saputra (8) kepada wartawan di Dusun Pagutan, Desa Wonogondo, Kecamatan Kebonagung, Selasa (30/3/2021).
Ungkapan senada diakui Mariana Desty Ifanka (9). Bocah perempuan yang masih satu sekolah dengan Wahyu itu mengaku kesulitan belajar sendiri di rumah. Itu karena tidak ada rekan yang bisa diajak berdiskusi. Sedangkan orang tua pun kerap kesulitan memecahkan soal dari sekolah.
Berkumpul dengan teman, lanjut siswi kelas 3 SD tersebut membuatnya senang. Selain menjadi sarana belajar, kebersamaan dengan rekan sebaya juga membuatnya lebih bersemangat belajar. Kalaupun merasakan jenuh biasanya mereka selingi dengan permainan tradisional.
"Semoga pandemi segera pergi dan bisa segera sekolah tatap muka lagi. Sudah kangen banget belajar di kelas," tuturnya sembari membuka-buka lembaran buku tulis.
Suara riuh rendah yang memenuhi teras rumah mendadak berhenti. Itu bersamaan suara deru motor yang melintas di jalan. Motor jenis trail itu lalu belok dan berhenti di halaman rumah. Seorang perwira polisi berseragam lengkap melangkah menghampiri mereka.
"Assalamu'alaikum," ucap pria tersebut yang tak lain Kapolres Pacitan, AKBP Wiwit Ari Wibisono usai berhenti sesaat untuk mencuci tangan.
"Wa'alaikumussalam," jawab anak-anak dengan pancaran wajah sedikit terkejut.
Kapolres langsung duduk di depan anak-anak. Setelah menenangkan mereka agar tidak takut, orang nomor satu di jajaran Polres Pacitan itu pun larut dalam perbincangan. Kapolres banyak menanyakan hal-hal kecil. Mulai kelas, mata pelajaran, hingga cita-cita.
Suasana begitu cair. Wajah anak-anak tak lagi tegang. Terlebih selama bercengkrama dengan mereka, kapolres memerankan diri menjadi guru. Perwira polisi kelahiran Jakarta Utara itu mengajari para siswa rumus praktis matematika. Berikutnya hadiah berupa jajan pun disiapkan bagi yang bisa menjawab soal yang diberikan.
Tidak itu saja, AKBP Wiwit Ari Wibisono juga mengajak para siswa menjauhi radikalisme. Sebab hal tersebut bertentangan dengan norma agama dan norma bernegara. Dia pun mencontohkan kejadian terorisme di Makassar beberapa hari lalu. Agama apapun, tandas dia, tak membenarkan tindakan seperti itu.
"Jadi kejadian bom bunuh diri kayak yang di TV itu nggak boleh ya. Dilarang sama agama. Apalagi sampai ada korbannya. Dosa," pesannya kepada anak-anak tersebut.
Tak lupa kapolres juga menanyakan kemampuan mereka mengaji Al Quran. Bahkan bagi yang berani tampil di depan, lagi-lagi disediakan hadiah. Seorang siswa tampak bergegas maju membaca surat Al Fatihah. Sementara tiga siswa lain menghapalkan teks Pancasila.
"Terimakasih ya. Ini semuanya saya kasih hadiah," ucap kapolres sembari menyerahkan sejumlah uang.
"Tetap semangat belajar untuk meraih cita-cita. Jadilah anak baik yang berbakti pada bangsa, negara, dan agama. Jaga kesehatan, patuhi protokol kesehatan," pungkasnya mewanti-wanti.