Kades Bumirejo, Dampit, Malang, Sugeng Wicaksono mengatakan bahwa AD adalah anak pertama korban. Rumah AD tempat ia melakukan pembunuhan terhadap bapaknya berjarak hanya sekitar 500 meter dari rumah bapaknya. AD sendiri sudah menikah namun telah bercerai.
AD dikatakan Sugeng sudah cukup lama mengalami depresi. Namun belum diketahui apakah depresi itu sebelum atau sesudah AD bercerai dengan istrinya. AD, kata Sugeng, juga pernah berobat di rumah sakit jiwa.
"Beberapa tahun belakangan (depresi). AD sudah sering dibawa kemana-mana untuk berobat, dan pernah ke RSJ," kata Sugeng kepada wartawan, Selasa (23/3/2021).
Baca juga: Tega, Anak Bunuh Bapak Kandung di Malang |
Yang pasti, kata Sugeng, AD tak ada di lokasi saat ayahnya ditemukan tewas bersimbah darah. AD kabur.
Polisi sendiri masih terus menyelidiki kasus ini, termasuk mencari keberadaan AD. Untuk kondisi AD yang dikatakan mengalami gangguan jiwa, polisi harus memastikannya lagi.
"Soal terduga pelaku depresi, kita belum tahu. Karena anak korban masih kita cari keberadaannya," kata Kapolres Malang AKBP Hendri Umar.
Kasus anak bunuh bapak itu berawal saat tetangga mendengar suara teriakan dari dalam rumah AD pada dini hari. Namun, warga tak menaruh curiga, karena AD seringkali berteriak-teriak setiap malam.
Esok paginya, kerabat yang datang ke rumah AD terkejut. Korban yang merupakan Ayah AD ditemukan tewas bersimbah darah. Pada tubuh korban terdapat sejumlah luka bacok senjata tajam.
Saudara yang menyaksikan korban meninggal kemudian meminta pertolongan warga. Namun AD tak ditemukan di lokasi.
Jenazah korban sudah dibawa ke RS dr Syaiful Anwar (RSSA) Kota Malang untuk dilakukan autopsi. Sementara Polsek Dampit bersama Tim Inafis Satreskrim Polres Malang sudah menggelar olah TKP untuk menemukan alat bukti dan identifikasi pelaku. (iwd/iwd)