Seperti Nissa Aruming Sila (33), perawat dari RS Unair Surabaya. Di awal pandemi ia kaget dan sedikit ketakutan merawat pasien karena pandemi ini baru. Ia dan teman sejawatnya melakukan berbagai cara agar tidak stres dan membuat imunitas tubuh turun, sehingga tidak terserang Corona.
"Berbagai metode, mulai memberi suplemen tambahan, jam dinas dimodifikasi, ada pengaturan libur, sehingga stres lumayan sudah tidak terlalu stres. Meskipun pakai APD lengkap, multifitamin juga masih ada yang terkena COVID-19," cerita Nissa saat dihubungi detikcom, Rabu (17/3/2021).
Dalam satu tahun pandemi ini, Nissa mengaku memang ada fase kelelahan. Tapi hal tersebut dikembalikan ke niat membantu Indonesia bebas dari pandemi. Para perawat pun masih harus bertahan.
Hal yang susah dilupakan, yakni saat nakes positif COVID-19 harus dirawat intensif. Mereka harus berjuang sendiri hingga berhasil survive (Menang) atau justru kalah atau meninggal. Jika saat perawatan muncul rasa takut, biasanya mereka melakukan sharing dengan teman yang berhasil survive.
RS Unair sendiri juga menyediakan dormitori kepada perawat yang tidak bisa isoma (Isolasi mandiri). Mereka disediakan makanan, wifi dan support dari teman-temannya.
Nissa sendiri merupakan surviver COVID-19. Ia berhasil melawan virus yang ada di tubuhnya, meski sempat dirawat di RS. "Itu yang mungkin kadang ada ketakutan. Pernah terpapar Oktober lalu. Karena saya punya komorbid, agak besar badannya jadi sempat dirawat. Ringan sih (Sakitnya) kalau saya," kayanya.
Namun baginya ada hal membuatnya senang dan tak terlupakan saat menangani pasien COVID-19. Yakni saat ada pasien datang dalam keadaan kritis, namun mampu survive dan berhasil sembuh.
"Untuk menghilangkan kejenuhan, anak-anak biasanya main TikTok menunggu tindakan lama di dalam. Atau ngobrol sama pasien mengurangi stress. Curhat sama teman, nulis buku, di medsos. Curhat paling gampang karena sama-sama tahu situasi," tambahnya.
Ia pun berharap kepada masyarakat yang mengabaikan protokol kesehatan dengan alasan bosan, dan engap memakai masker untuk disiplin. Dengan begitu, pandemi akan segera berlalu dan semua kembali normal sepertu sedia kala.
Esthi Muji Rahayu, perawat RS National Hospital juga menceritakan masa suka duka merawat pasien COVID-19. Mereka akan merasa senang jika pasien Corona yang dirawat bisa bangkit dan pulang dengan hasil negatif Swab PCR.
"Dukanya mungkin di awal pandemi kita masih terus mencari-cari bagaimana perawatan COVID-19, harus pakai hazmat, dobel APD. Kita merasa gerah dan tidak nyaman. Sekarang ini sudah ada pembaruan APD yang sesuai, tidak seperti awal-awal," ceruta Esthi.
"Harapannya ke depan untuk seluruh perawat di Indonesia sehat semua, semakin solid dalam menghadapi pandemi dan semakin diperhatikan. Profesi perawat semaikn jaya," ujarnya.
Sedangkan perawat dari RS Husada Utama, Ika Nuraini Puji Astuti mengaku saat pertama kali merawat pasien Corona kategori OTG. Dia melihat banyak sekali pasien sangat cemas. Banyak pasien yang terpisah dengan keluarga karena harus menjalani isolasi mandiri.
Ika berharap, semoga pandemi ini segera berakhir. Para nakes di seluruh Indonesia di beri kesehatan. "Sehingga para nakes tetap bisa merawat pasien baik COVID-19 maupun non COVID-19," pungkasnya.