Plt Kabid Pencegahan dan Penularan Penyakit (P2P) Dinkes Pemkab Blitar, Eko Wahyudi mengatakan selama tahun 2019 jumlah temuan penderita TBC mencapai 847 orang. Namun di tahun 2020, turun hanya 643 orang.
"Padahal target kita tahun 2020 itu 2.573 penderita. Jadi dengan temuan hanya 643 penderita itu, kami hanya mampu mencapai 25 persen dari target," kata Eko kepada detikcom, Rabu (17/3/2021).
Menurunnya angka temuan kasus TBC ini menurut Eko karena dampak pandemi COVID-19. Kegiatan dinkes tidak bisa bersifat aktif dan masyarakat menjadi enggan untuk datang ke fasilitas kesehatan. Di layanan penanggulangan penyakit sangat terimbas dengan adanya pandemi ini.
"Kita berkoordinasi dengan kader. Mereka datang berkunjung ke penderita biasanya begitu. Namun sejak pandemi kan tidak ada kunjungan. Hanya komunikasi melalui aplikasi percakapan saja," ungkapnya.
Jumlah yang dilaporkan sebanyak 643 itu merupakan laporan yang masuk dari faskes. Sementara yang klinik swasta maupun praktik dokter pribadi belum banyak yang melaporkan. Padahal, gejala klinis COVID-19 hampir sama dengan TBC.
"Dari 643 itu dilaporkan meninggal 59 orang. Lalu yang multi drug resistance (MDR) masih jalani pengobatan ada 6 orang. Karena TBC ini gejala klinisnya menyerupai COVID-19, maka pengobatannya harus disiplin dan tuntas. Ada yang selama enam atau bisa sampai delapan bulan," imbuh Eko.
Mengingat pentingnya penanganan penyakit menular ini, Eko mengaku lebih masif lagi meminta para kader bergerak lebih aktif ke lingkungan. Karena tidak menutup kemungkinan, mereka yang masuk suspect COVID-19 juga menderita TBC yang bisa menularkan ke anggota keluarga lainnya.
"Kalau yang 2021 ini, yang sudah sistem aplikasi laporan sebanyak 66 orang terkonfirmasi TBC. Sementara ada 420 orang suspect TBC. Ini masih data awal ya, karena ada beberapa yang belum entry datanya," pungkasnya.
Simak juga video 'Atasi Kasus TBC, Jokowi Ingin Copy-Paste Penanganan Corona':
(iwd/iwd)