Wali Kota Risma berulang kali berkomunikasi dengan RSU dr Soetomo. Namun hasilnya tetap nihil. Bahkan menurutnya, bantuan dari Pemkot Surabaya sempat ditolak RSU dr Soetomo. Seperti bantuan APD.
"Tolonglah kami jangan disalahkan terus. Apa saya rela warga saya mati, kita masih ngurus jam 03.00 pagi orang meninggal yang warga bukan Surabaya. Kami masih urus. Saya memang goblok, saya gak pantas jadi wali kota," lanjut Risma sambil menangis.
Pakar Komunikasi Politik Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Suko Widodo mengatakan, Risma sujud ke IDI merupakan luapan amarah dan emosi. Saat itu Risma tampak lebih emosional.
"Menurut saya, Risma ini memang lelah. Bu Risma membutuhkan dukungan dari timnya. Kayak Pak Jokowi kan terlihat emosi sekali, sama kasusnya sebetulnya," kata Suko kepada detikcom, Kamis (2/7/2020).
Suko melihat, apa yang dilakukan Risma sujud ke IDI merupakan sebuah cerminan dari situasi yang dihadapinya sekarang. Risma tampak lelah akibat tekanan, terlebih dalam menangani kasus COVID-19 di Surabaya.
"Risma mungkin sedang mengalami kelelahan, karena tekanan sana-sini, makanya sampai segitunya. Caranya, Risma harus membagi beban, jangan menanggung beban sendiri, jangan merasa bersalah, jangan merasa menanggung sendiri," jelasnya.
"Risma itu adalah sosok yang pekerja keras, punya tanggung jawab tinggi. Dia bekerja luar biasa, keadaan lelah pun tetap kerja luar biasa. Makanya harus dibantu oleh tim yang bisa manajemen komunikasinya," ujarnya.
(fat/fat)