"Kalau dari BMKG, ada kecenderungan bahwa paus tersebut terseret arus, apalagi di Selat Madura ada habitatnya. Paus ini habitatnya juga ada di Selat Madura," ujar Taufiq Hermawan, Kepala BMKG Maritim Kelas II Tanjung Perak saat dikonfirmasi detikcom, Jumat (19/2/2021).
Menurut Taufiq, dalam 3 hari ke belakang, arus di perairan Selat Madura kencang. Hal itu bisa memungkinkan paus terbawa arus hingga terdampar di Desa Patereman, Modung, Bangkalan.
"Kalau disebabkan arus ada kemungkinan, fenomena cuaca berdasar arah arus ada. Dikaitkan arus di selat ada kemungkinan, karena arusnya cukup kuat 40-60 meter per sekon," jelasnya.
Taufiq menjelaskan di perairan Selat Madura saat ini, kondisi gelombang tidak tinggi. Ia membantah bila paus terdampar akibat gelombang.
"Gelombang tinggi gak ada. Gak signifikan, 1,8 meter. Jadi rendah. Jadi memang harus jeli. Tinggi gelombang gak ada kaitan ya. Datanya memang arusnya kencang di situ. Kondisinya untuk 3 hari ke belakang arusnya menuju ke Timur. Kalau ketinggian gelombang maksimum 1,8 meter. Di situ masuk wilayah Selat Madura Barat," pungkasnya.
Diketahui sebelumnya, puluhan paus pilot terdampar di pantai Desa Patereman, Modung, Bangkalan. Ada total 49 paus pilot yang terdampar. 46 di antaranya mati dan 3 masih hidup. (iwd/iwd)