"Tidak ada RT yang merah, jadi bedakan kriteria Gugus Pusat yang kabupaten/kota, merah, oranye, kuning bedakan dengan PPKM Mikro. Kriterianya beda. Kalau mikro RT, kalau pusat yang tingkatnya kabupaten. Semua oranye gak ada yang kuning, tapi berubah-ubah terus," ujar Joni di Gedung Negara Grahadi, Jumat (19/2/2021) sore.
Joni menjelaskan, dari hasil evaluasi PPKM Mikro, tren penambahan kasus di kabupaten/kota cenderung menurun. Hal itu juga diikuti BOR (Bed Occupancy Rate) yang ikut melandai.
"Evaluasi PPKM, kemarin kita bersama Pak Sekda, Pak Kasdam, Pak Wakapolda evaluasi. Trennya penambahan kasus menurun, kematian menurun di Jatim. Sudah efektif karena tingkat RT, jadi lebih detail.Jadi grafiknya, PPKM Mikro bermanfaat secara epidemiologis, menunjukkan penurunan," bebernya.
Selain itu, Joni menyatakan, hampir di seluruh desa di Jatim saat penerapan PPKM Mikro hingga hari ke-11, telah memiliki Posko Desa untuk mendata warga yang terpapar COVID-19. "Kita evaluasi seluruh kabupaten kota, hasilnya hampir seluruhnya sudah dibentuk posko di desa," imbuhnya.
Dirut RSU dr Soetomo ini juga menambahkan, hasil evaluasi PPKM Mikro akan dikirim ke pusat. Bila memang dinilai belum menunjukkan penurunan signifikan, Joni merasa, PPKM perlu dilanjutkan.
Hingga Jumat (19/2), jumlah kasus terkonfirmasi positif COVID-19 di Jatim berjumlah 124.991 kumulatif. Pasien sembuh sebanyak 111.822. Dan pasien yang meninggal dunia sebanyak 8.798 kasus.
Diketahui, PPKM Mikro diterapkan di seluruh kabupaten/kota di Jawa Timur. PPKM Mikro telah diterapkan sejak Selasa 9 Februari hingga Senin 22 Februari 2021. (fat/fat)