Penolakan Kilang Minyak di Tuban Hingga Membuat Warga Jadi Miliarder

Penolakan Kilang Minyak di Tuban Hingga Membuat Warga Jadi Miliarder

Tim detikcom - detikNews
Kamis, 18 Feb 2021 10:02 WIB
Desa Sumurgeneng di Kecamatan Jenu, Tuban kini menjadi perhatian. Sebab, video warganya beramai-ramai memborong mobil tengah viral.
Mobil yang dibeli warga Desa Sumurgeneng (Foto: Ainur Rofiq)
Tuban -

Desa miliarder di Tuban tiba-tiba muncul dengan viralnya warga Desa Sumurgeneng memborong mobil hingga 176 unit. Warga desa di Kecamatan Jenu ini menjadi kaya dadakan setelah menerima ganti rugi proyek kilang minyak Pertamina dan Rosneft.

Bagaimana cerita awal Desa Sumurgeneng menjadi desa miliarder?

Semuanya berawal dari kunjungan Presiden Jokowi ke Sochi pada Mei 2016. Setelah bertemu dengan sejumlah pebisnis Rusia, salah satu yang disepakati adalah Raksasa migas Rusia, Rosneft, akan membangun kilang minyak di Tuban, Jawa Timur, yang saat itu disebut senilai US$ 13 miliar (Rp 176 triliun).

Pembangunan Kilang Pertamina New Grass Root Refinery (NGRR) Tuban ini dilakukan melalui skema kerja sama antara Pertamina dengan perusahaan Rusia, Rosneft Oil Company melalui pembentukan perusahaan joint venture bernama PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PT PRPP). Dalam usaha patungan ini (joint venture), kepemilikan saham Pertamina 55% dan Rosneft 45%

Pembangunan NGRR Tuban yang memproduksi bahan bakar minyak yang berkualitas Euro V merupakan penugasan pemerintah berdasarkan Keputusan Menteri ESDM Nomor 807K/12/MEM/2016 tertanggal 3 Maret 2016 dan Perpres Nomor 56 Tahun 2018.

Desa Sumurgeneng di Kecamatan Jenu, Tuban kini menjadi perhatian. Sebab, video warganya beramai-ramai memborong mobil tengah viral.Mobil yang dibeli warga Desa Sumurgeneng (Foto: Ainur Rofiq)

Direktur Utama Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan target pembangunan kilang minyak dan pelabuhan akan selesai pada tahun 2026.

"Nanti kapasitas pengolahan kilang minyak mencapai 300 kbpd, produksi gasoline 14 juta liter per hari, produksi diesel 16 juta liter per hari dan total produksi petrokimia 4.250 ktpa," ujar Nicke dalam pernyataannya di tahun 2019.

Nicke menambahkan untuk membangun megaproyek ini, Pertamina menginvestasikan sekitar US$ 15-16 miliar. Proyek ini menempati area seluas kurang lebih 900 hektare.

Di akhir tahun 2019, pembangunan kilang minyak Tuban saat itu memasuki tahap early work yaitu pembersihan lahan sekitar 328 hektare serta pemulihan lahan abrasi (restorasi) seluas 20 hektare. Dalam pembangunan tahap awal tersebut, Pertamina telah menyerap 271 tenaga kerja lokal Tuban. Proyek ini sendiri melintasi tiga desa yakni Desa Wadung, Desa Kaliuntu, dan Desa Sumurgeneng di Kecamatan Jenu.

Sementara itu, mengutip keterangan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), kerja sama antara Pertamina dan Rosneft terbentuk di tahun 2017. Pembangunan proyek senilai Rp 211,9 triliun ini sempat tertunda lama karena terkendala pembebasan lahan.

Tonton Video: Cerita Miliarder-miliarder Dadakan di Tuban

[Gambas:Video 20detik]



Proyek kilang ini memang sempat masuk dalam daftar Rp 708 triliun investasi yang mangkrak karena terkendala pembebasan lahan. Masalah pembebasan lahan proyek tersebut yang menyentuh lahan warga memang sempat berlangsung alot. Pemerintah melalui BKPM sampai membentuk tim khusus untuk mempercepat penyelesaian masalah di Tuban.

Sebagian warga memang sempat menentang pembangunan proyek tersebut. Pada 26 September, warga bersama mahasiswa mendatangi DPRD Tuban. Mereka memprotes pembangunan proyek kilang minyak raksasa tersebut.

Pada pertengahan Desember 2019, spanduk dan banner penolakan mulai terlihat di Desa Wadung dan Sumurgeneng.

Tulisan bernada provokatif itu antara lain 'Kami menolak kilang, Tanah tidak kami jual, Tanah ora didol, Uwes ayem dadi petani'. Poster itu antara lain berada di sepanjang jalan Dusun Tadahan, Desa Wadung, sebanyak enam titik. Sedangkan di Dusun Pomahan, Desa Sumurgeneng, sedikitnya ada empat spanduk yang dipasang di perempatan jalan.

Warga satu desa di Tuban memborong 176 mobil baru. Kini videonya tengah viral di media sosial.Mobil baru yang datang di Desa Sumurgeneng (Foto: Tangkapan Layar)

Polisi dan Satpol PP menyikapi aksi protes itu dengan mencabuti poster dan banner tersebut. "Kami tertibkan bersama rekan Satpol PP," ujar Kapolres Tuban saat itu AKBP Nanang Haryono, Kamis (12/12/2019).

Upaya konsiyansi kemudian dilakukan melalui Pengadilan Negeri Tuban terhadap 42 warga Desa Sumurgeneng yang enggan menjual tanahnya. Upaya itu membuat warga yang protes mau tak mau harus menyerahkan tanahnya dengan harga Rp 600-800 ribu per meter.

Warga Desa Sumurgeneng sendiri ada 225 yang lahannya harus dibebaskan untuk proyek kilang. Harga itu membuat 255 warga Sumurgeneng menerima ganti rugi yang tak sedikit, mulai puluhan juta hingga Rp 28 miliar.

Dengan uang itu, warga Desa Sumurgeneng menjadi miliarder dadakan. Sebagian dari mereka memanfaatkan uang itu untuk membeli mobil. Tercatat ada 176 unit mobil yang telah dibeli warga sejak pertengahan 2019 lalu. Satu warga ada yang membeli mobil 2-3 unit. Mobil yang dibeli mulai Honda Jazz, Honda H-RV, Toyota Rush, Toyota Kijang Innova, hingga Toyota Fortuner.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.