Tes COVID-19 menggunakan sampel air liur atau Saliva Based Testing hadir di Indonesia, tepatnya di National Hospital. Tes Saliva sudah dilakukan sejak 11 Januari 2021, setelah mendapat izin edar dari Kementerian Kesehatan dan BNPB.
"Pertama di Indonesia dilakukan di kita (RS National Hospital). Sampai saat ini berjalan terus dan animonya cukup besar. Karena ada beberapa keunggulan," kata CEO National Hospital Adj Prof Hananiel Prakasya Widjaya kepada wartawan, Selasa (2/2/2021).
Keunggulan dari Tes Saliva adalah lebih mudah, cukup mengeluarkan air liur sebanyak 1 ml lalu bisa diproses. Kemudian hasilnya lebih cepat. Jika Swab PCR bisa 24 jam, Saliva kurang 6 jam hasilnya sudah keluar.
Menurut penelitian, Tes Saliva ini lebih sensitif dari pada swab nasofaring dan orofaring. Hasilnya cukup sensitif dibanding Swab PCR. Bahkan Jepang dan Singapura sudah menggunakan tes air liur ini.
"Berdasarkan penelitian di berbagai negara, semua menyimpulkan bahwa sensitivitas dan validitas dari PCR saliva lebih tinggi dari pada swab. Sehingga kami melihat dasar itu bisa menjadi pegangan kuat. Kita juga sudah lakukan penelitian di National Hospital sejak Oktober hasilnya sama. Sekitar 97-98% kurang lebih 1-2% akurat dengan swab," jelasnya.
Tes Saliva ini juga memberikan alternatif kepada masyarakat untuk mendapat layanan. Seperti anak kecil dan bayi yang biasanya kesulitan untuk tes swab, karena kurang nyaman.
"Kalau anak kecil atau bayi belum bisa meludah sendiri, sehingga dibantu petugas mengambil dengan pipet. Tindakan massage juga dilakukan supaya air liur lebih banyak," ujarnya.
Sementara untuk kelemahannya, Saliva bisa terpengaruh oleh makanan dan minuman. Oleh karena itu, pasien yang hendak Tes Saliva diminta untuk puasa 1 jam.
"Supaya saliva tidak terbias dan terkontaminasi oleh bahan-bahan kimia lain. Selama kita jalankan dengan baik, hasilnya punya validitas yang tinggi," katanya.
Saliva ini juga bisa dijalankan tanpa petugas nakes. Pasien bisa melakukannya sendiri, kemudian tabungnya dikirim ke RS terdekat dan tahan hingga 5 hari. "Ini mengurangi terpapar kepada nakes, lebih safe. Proses pengambilan dilakukan sendiri dengan tertutup, kalau swab pakai APD ini lebih ekonomis, risiko juga minim," tandasnya.
Sementara itu untuk proses tes saliva ada 9 cara. Berikut caranya:
1. Gerakkan pipi dengan cara memutar untuk memicu memproduksi air liur
2. Buka segel Saliva Collector Tube
3. Ludahkan/teteskan air liur ke dalam Saliva Collector Tube kurang lebih sebanyak 1 ml. Pastikan sampel tidak memiliki gelembung
4. Tuang cairan buffer sampai habis ke dalam Saliva Collector Tube dengan hati-hati
5. Lepas bagian atas Saliva Collector Tube secara hati-hati, kemudian tutup dengan rapat
6. Kocok tabung sampel hingga tercampur selama kurang lebih 30 menit
7. Pasangkan label identitas ke tabung sampel ke kantong biohazzard
8. Masukkan tabung sampel dan seluruh peralatan yang telah digunakan ke dalam kantong biohazzard
9. Masukkan kantong biohazzard tersebut ke dalam kantong plastik bening awal, lalu tutup rapat