Lazimnya, sebuah tenda digunakan untuk berkemah di alam terbuka. Tapi dengan teknis tertentu, jadilah sebuah tenda tampak hinggap di atas mobil atau 'tenda terbang'. Alat ini bernama roof top tent, yang dalam bahasa Indonesia artinya tenda di atas atap.
Roof top tent ini dapat berfungsi sebagai tempat tidur maupun berteduh saat berada di alam terbuka. Caranya, dengan dipasang di atas mobil, semua jenis. Tinggal menambah roof real atau cross bar, yang berfungsi sebagai penyanggah. Agar tenda tak menyentuh langsung atap mobil.
![]() |
Kerangka 'tenda terbang' ini berbahan aluminium ekstrusi. Perpaduan baja bercampur serat carbon. Sehingga ringan tapi kuat, serta tak mudah korosi. Sedangkan cover tendanya berbahan kain kordura yang tak mudah sobek, tahan abrasi, tetesan air, maupun benturan.
Alat ini memiliki dimensi panjang 140 cm, lebar 100 cm, dan tinggi 18 cm, saat terlipat. Namun ketika dibuka dalam bentuk tenda, lebarnya jadi 200 cm, panjang tetap 140 cm, dan tingginya 90 cm. Tenda ini cukup menampung 3-4 orang.
Menurut Yanuar Harry Pratama (36), warga Desa Kapuran, Wonosari, Bondowoso, roof top tent itu awalnya dia buat secara pribadi, sekitar 2 tahun lalu. Alat itu lantas digunakannya saat rekreasi bersama keluarganya.
"Awalnya foto-foto saat camping menggunakan tenda itu saya upload di medsos. Lantas banyak yang japri, tanya-tanya. Kemudian minta dibuatkan juga," tutur Yanu, panggilan karibnya, saat ditemui di bengkelnya, Sabtu (23/1/2021).
Dari situ, pesanan mulai mengalir. Pemesannya pun kebanyakan dari luar daerah. Misalnya Surabaya, Jakarta, Bandung, bahkan dari Medan dan beberapa kota di luar Jawa.
"Saat itu saya belum mematok harga. Yang penting cukup untuk produksi saja," tutur bapak dua anak ini.
Namun makin lama pesanan tambah banyak. Apalagi saat situasi pandemi. Akhirnya Yanu pun melibatkan warga sekitar sebagai tenaga kerja pendukung. Dengan bermacam bidang pekerjaan, sesuai kemampuan dan kebutuhan.
Menurut Yanu, tenda ini berfungsi sebagai alternatif. Bagaimana dapat refreshing, tapi tetap bisa membatasi interaksi dengan orang lain. Yaitu dengan membuat tempat istirahat sendiri.
Informasi lain yang dihimpun, roof top tent atau tenda atap mobil ini awalnya memang berasal dari luar negeri, terutama negara-negara di Benua Eropa dan Amerika. Di Indonesia sebenarnya sudah ada, tapi tak banyak. Produsennya juga dapat dihitung dengan jari.
Saat ini, roof top tent produk impor harganya terbilang masih cukup tinggi. Sekitar 30-50 persen di atas harga produk buatan Indonesia. Padahal, secara bahan dan kualitasnya sebenarnya relatif sama.
Sebagai contoh, untuk type softshell kapasitas 3 orang, harga produk impor dibandrol Rp 13,5 juta/unit, produk Yanu hanya Rp 9,5 juta. Sedangkan untuk type hardshell kapasitas 4 orang, produk impor seharga Rp 35 juta, produk lokal hanya Rp 17,5 juta.
Roof top tent produksi Bondowoso tersebut diberi label Hunay. Yang diilhami dari kata Honai, nama rumah adat di Papua.