"Yang sudah siap saat ini ada 1.406 faskes. Jumlah keseluruhan 3.108 faskes, namun 1.702 faskes belum siap," ujar Jubir Satgas COVID-19 Jatim, dr Makhyan Jibril kepada detikcom, Jumat (22/1/2021).
Selain persiapan faskes, Satgas Jatim juga akan segera menambah jumlah vaksinator. Saat ini, calon vaksinator tengah menjalani pelatihan. Ada 7.254 calon vaksinator yang menjalani masa pelatihan hingga bulan Maret mendatang. 7.254 calon vaksinator ini dibagi dalam 19 gelombang.
"Jadwal pelaksanaan pelatihan vaksinator COVID-19 di Jatim sudah sejak 4 Januari, hingga 10 Maret. Ada 19 gelombang, dengan jumlah 7.254 calon vaksinator. Setiap gelombang menjalani masa latihan selama 3 hari," terangnya.
Untuk saat ini, jumlah vaksinator yang telah siap menjalankan proses vaksinasi baru sekitar 2.404 orang. Angka ini, lanjut Jibril, masih kurang.
"Apalagi target di Jatim, jumlah warga yang akan divaksin secara keseluruhan total 22.652.927 warga," imbuhnya.
Sejauh ini, sudah ada 4.562 orang yang telah divaksin di Jatim. Mereka mayoritas merupakan tenaga kesehatan dan beberapa pejabat di Jatim dan Surabaya Raya yang dijadikan sebagai percontohan.
"Dari perencanaan memang 15 bulan. Tapi Pak Presiden berharap, bisa selesai 12 bulan. Saya sebetulnya ingin mengejar yang 12 bulan," ujar Khofifah saat rapat evaluasi vaksinasi di 3 kabupaten/kota Surabaya Raya melalui zoom, Kamis (21/1/2021).
Khofifah membeberkan, saat ini dosis vaksin di Jakarta sudah menumpuk. Tinggal menunggu proses distribusi ke berbagai daerah termasuk untuk Jatim sendiri.
Akan tetapi, Khofifah mengakui bahwa ada permasalahan terkait distribusi vaksin. Yakni soal tempat penyimpanan vaksin atau cold room yang dimiliki oleh daerah jumlahnya masih terbatas.
"Tetapi cold room yang ada di daerah daerah memang sangat terbatas untuk mendapat distribusi (vaksin) lanjutan," imbuhnya.
Selain ruang penyimpan vaksin, ada evaluasi lain yang menjadi perhatian khusus Khofifah. Yakni fasilitas kesehatan (faskes) yang layak untuk melaksanakan vaksin, serta tenaga penyuntik atau vaksinatornya.
"Faskesnya berapa yang sebetulnya fungsional, vaksinatornya berapa yang siap. Kemudian kendala kendala teknis registrasinya katanya terkendala, karena ini centralized (terpusat)," ungkapnya.