Kholil (28), penjual sate ayam yang mangkal di Pasar Porong Sidoarjo mengaku setiap harinya menghabiskan cabai rawit hampir 2 kilogram. Karena harga cabai rawit kecil sangat mahal, akhirnya untuk membuat sambal ia terpaksa meracik cabai rawit dicampur dengan cabai merah besar.
"Terpaksa saya campur dengan cabai merah besar, karena harganya tidak terlalu mahal, kalau meracik sambal hanya memakai cabai rawit kecil tidak dapat untuk," kata Kholil di Pasar Porong, Selasa (12/1/2021).
Hal yang sama disampaikan Firman (28). Pedagang bakso keliling ini mengaku membuat racikan sambal bakso dengan menggunakan cabai rawit hijau dicampur dengan cabai merah besar.
"Karena saya ini pedagang bakso keliling yang untungnya tipis. Untuk membuat sambal bakso terpaksa pakai cabai rawit yang hijau dengan cabai merah besar," kata Firman.
Sariwati (54), salah satu pedagang pracangan di Pasar Baru Porong mengatakan harga cabai rawit merah mulai naik sejak akhir bulan Desember 2020. Saat itu hanya kisaran Rp 60 ribu per kilogram, namun saat ini harganya terus melambung.
"Saya beli dari tengkulak Rp 85 ribu per kilogramnya, kemudian dijual Rp 90 ribu. Karena harga cabai mahal, hanya mengambil 4 kilogram setiap hari, takut busuk nanti kan rugi," kata Sariwati.
Sementara itu Hartutik (30) pedagang di pasar Larangan Candi mengatakan semenjak harga cabai rawit mahal, dia kesulitan untuk mendapatkan cabai tersebut. Setiap hari dia harus ke Pasar grosir di Porong. Namun sebelumnya dia harus pesan ke pedagang grosirnya.
"Stok cabai rawit agak susah didapatkan, di pasar grosir Porong aja hanya berasal dari Probolinggo, jadi kalau tidak pesan sebelumnya ya tidak dapat cabai," tandas Hartutik.
Dari pantauan detikcom di dua Pasar tradisional tersebut, harga cabai rawit merah Rp 90 ribu, cabai rawit hijau Rp 50 ribu. Cabai merah besar Rp 38 ribu, sementara harga cabai kering import Rp 40 ribu per kilogram. (iwd/iwd)