Kedelai Mahal, Warga Blitar Bikin Alternatif Tempe Lamtoro

Kedelai Mahal, Warga Blitar Bikin Alternatif Tempe Lamtoro

Erliana Riady - detikNews
Sabtu, 09 Jan 2021 10:08 WIB
Warga Blitar Bikin Alternatif Tempe Lamtoro
Tempe lamtoro (Foto: Erliana Riady/detikcom)
Blitar -

Di tengah riuhnya aksi mogok produsen tempe imbas harga kedelai mahal. Warga Blitar membuat alternatif dengan memproduksi tempe lamtoro.

Dari resep turun temurun, Nurlia meneruskan kegiatan itu sampai sekarang. Warga Desa Kedungbunder Kecamatan Sutojayan ini, termasuk berprofesi langka. Karena menjadi produsen tempe berbahan lamtoro yang sudah mulai punah terkikis zaman.

Mulai punahnya produsen tempe biji lamtoro ini, karena proses pembuatan tanaman yang berasal dari Meksiko dan Amerika Tengah sangat panjang. Pantaun detikcom dari rumah wanita berusia 67 tahun itu, butuh waktu sepekan untuk memproses biji lamtoro sampai menjadi tempe matang.

Pertama, biji lamtoro kering direndam air sehari semalam. Setelah itu dicampur abu kayu bakar, digodok di atas api besar selama dua hari dua malam. Baru diiles, istilah Jawa untuk membuat biji lamtoro terbelah. Jadi biji lamtoro yang telah matang dimasukkan ke dalam karung, lalu dipukuli memakai batangan kayu.

Konon, para produsen tempe memakai istilah diiles, karena mereka menggunakan kaki untuk menginjak-injak bahan tempe. Baik itu kedelai, lamtoro, benguk dan lain-lain. Namun karena tidak higienis, mereka kemudian memakai cara memukulinya dengan sebatang kayu. Yang bermodal besar, bahkan mampu membeli mesin untuk memecah bijian bahan tempe ini.

Warga Blitar Bikin Alternatif Tempe LamtoroWarga Blitar Bikin Alternatif Tempe Lamtoro/ Foto: Erliana Riady

Balik ke proses pembuatan tempe lamtoro, usai diiles, lamtoro direndam lagi sehari semalam. Dan keesokan paginya dikukus sehari semalam sampai benar-benar matang. Selama menunggu lamtoro matang, Nurlia menyiapkan bahan campuran. Yakni ampas kelapa dan jagung yang ditumbuk agak kasar. Kedua bahan ini juga dikukus selama dua jam.

Setelah kedua bahan matang, didinginkan sampai benar-benar dingin. Kemudian ditaburi rabuk, istilah ragi dan beberapa bahan fermentasi yang Nurlia sendiri tidak paham. Bahan rabuk itu, katanya bisa dibeli kiloan di sebuah toko langganannya. Proses selanjutnya, mencampur biji lamtoro dengan campuran ampas kelapa dan jagung tadi.

"Yo nunggu sautoro ben rabuke ngresep, lagi iso dibungkusi. Suwe gawenan tempe lamtoro niku dik, makane bocah saiki ra ono sing gelem gawe (ya nunggu sampai raginya meresap baru bisa dibungkusi. Lama bikinnya, makanya anak sekarang tidak ada yang mau membuatnya)," tutur Nurlia sambil menyeka keringatnya, Sabtu (9/1/2021).

Tempe lamtoro bisa masak dengan sempurna dalam jangka waktu dua hari dua malam. Kesempurnaan tempe lamtoro yang matang, bisa tampak dari menyatunya biji-biji lamtoro itu dengan berselimut jamur hasil fermentasi yang sempurna.

Nurlia mengaku, secara modal, membuat tempe lamtoro memang jauh lebih murah dibandingkan tempe kedelai. Dia biasanya dikirimi pedagang lamtoro berkarung-karung dengan harga sekarung berisi 25 kg biji lamtoro seharga Rp 30 ribu.

Simak video 'Selain Kedelai, Tempe Juga Bisa Dibuat dari Beragam Biji-bijian':

[Gambas:Video 20detik]



Biji lamtoro sebanyak itu, bisa dibuat dua kali produksi. Dengan komposisi biji lamtoro sekitar 17 kg dan bahan campuran sekitar lima kg, Nurlia bisa menjadikan tempe lamtoro sebanyak 450 bungkus. Ongkos produksinya terpangkas banyak, karena kayu bakar di perapian tungkunya diambil dari lahannya sendiri.

"Seminggu pisan lakku gawe dik. Ngko tak setorno pasar bendino Minggu. Sak bungkus tak dol Rp 1.000, dadi seminggu olehku bayaran Rp 450 ewu (Seminggu sekali aku bikinnya. Tiap Minggu saya setor ke pasar. Sebungkus saya jual Rp 1000, jadi bayaranku per minggu Rp 450 ribu)," paparnya dengan tersenyum.

Yang menarik, setiap memulai aktivitas selama proses produksi, Nurlia selalu mantap membaca Basmallah. Baginya, membuat makanan, ini adalah bentuk ibadahnya kepada Sang Maha Pencipta. Ibu dari lima anak yang kini tinggal sendiri ini, tak mengejar untung lebih dalam berdagang. Padahal, betapa berat dan ribetnya proses produksi tempe yang langka ini. Dari proses awal sampai akhir, benar-benar dikerjakan sendiri.

"Mesakne langgananku lak aku ora gawe dik. Podo nggoleki mrene. Olehane kenek gawe nyambangi tonggo sing loro, kenek gawe nyumbang tonggo sing slametan. Lak enek turahe ditabung gawe sangu kaji (Kasihan pelangganku kalau tidak buat. Mereka pada mencari sampai kesini. Hasilnya dagang, bisa buat menjenguk tetangga yang sakit, bisa buat menyumbang tetangga kalau ada yang hajatan. Sisanya buat pegangan nanti naik haji)," ucapnya polos.

Nurlia dan emaknya, seharusnya berangkat Haji pada akhir 2019 lalu. Namun pandemi COVID-19, memudarkan mimpinya yang ingin beribadah ke Baitullah sebelum ajal menjemput. Nurlia ikhlas apapun yang terjadi, asal kewajiban pembayaran calon jemaah haji telah dia lunasi.

Warga Blitar Bikin Alternatif Tempe LamtoroWarga Blitar Bikin Alternatif Tempe Lamtoro/ Foto: Erliana Riady

Tempe lamtoro bikinan Lek Nur, begitu orang pasar menyebutnya, memang terkenal enak dan murah. Di tingkat pedagang, tempe lamtoro ini dijual seharga Rp 1500 per bungkus. Dan sekalinya dipajang, bakalan habis dalam tempo beberapa jam saja.

"Saya selalu nunggu hari Minggu ke pasar. Ya mau beli tempe lamtoro ini. Kalau digoreng itu kenyil-kenyil gurih. Gak kalah enak sama tempe kedelai. Cocok buat camilan menyehatkan," ujar Yulia pelanggan asal Kalipang.

Selain tempe lamtoro, Nurlia juga memproduksi tempe benguk. Harga per bungkusnya Rp 2.000 dan dijual pedagang Rp 2.500/bungkus. Rasanya, juga sangat gurih dan membuat kangen para perantau.

"Tempe lamtoro dan benguk bikinan Lek Nur memang paling mantul. Saya sering pesen yang baru dibungkus buat dikirim anak saya di Jakarta. Lha kangen katanya," pungkas Siti Salamah, pelangganya dari Desa Bacem.

Halaman 2 dari 2
(fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.