Kelima anggota formatur yang terpilih dalam Muswil DPW PAN Jatim antara lain, Achmad Ruba'i, Heri Romadhon, Abdullah Abu Bakar, Masfuk, Riski Sadig. Sementara Zainudin Maliki yang merupakan kader Muhammadiyah Jatim serta anggota DPR RI hanya diposisikan sebagai pendamping formatur.
"Tentu saja bahwa partai-partai yang berbasis islam itu harus tetap menggunakan nilai Islam untuk konteks Muswil itu. Kalau nanti ada persoalan/perpecahan akan makin lemah. Dalam konteks politik harus mengambil unsur islam," ujar Ketua PW Muhammadiyah Jatim, Saad Ibrahim saat dikonfirmasi detikcom, Senin (21/12/2020).
Saad menjelaskan, kebijakan umum Muhammadiyah yakni menjaga jarak yang sama dengan semua partai. Namun, apabila PAN yang mayoritas dipilih orang Muhammadiyah mengabaikan kadernya, maka akan menjadi kerugian.
"Yang pertama begini, kebijakan umum Muhammadiyah itu menjaga jarak yang sama antar semua partai. Sehingga kemudian Muhammadiyah bisa menempatkan kadernya di banyak tempat. Justru kalau PAN mengabaikan hal itu, dan pemilih realnya PAN adalah dari Muhammdiyah, maka harus dipertimbangkan betul itu (soal formatur dari Muhammadiyah)," beber Saad.
Wakil Ketua Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik PW Muhammadiyah Jatim, Ainur Rofiq Shopiaan mengaku kecewa dan menyayangkan keputusan tersebut. Sebab ke-5 anggota formatur tersebut tidak ada yang mewakili aspirasi Muhammadiyah. Padahal menurutnya, sejarah berdiri dan berkembangnya PAN di Jatim maupun secara nasional tidak bisa lepas dari peran strategis Muhammadiyah.
"Kita memang tidak punya hak untuk menuntut atau meminta ruang khusus di tubuh PAN. Namun bagaimana pun juga, Muhammadiyah punya andil besar dalam membesarkan PAN," tutur Ainur.
Lebih lanjut Ainur menegaskan, Muhammadiyah menyayangkan bahwa tidak ada satu pun kadernya dipercaya untuk menjadi bagian dari formatur DPW PAN Jatim. Keputusan ini, secara tidak langsung membuat hubungan antara PAN dengan Muhammadiyah semakin renggang. Karena harus diakui, selama lima tahun terakhir hubungan PAN dengan Muhammadiyah mulai terasa kurang harmonis. Pasalnya, sejumlah kader Muhammadiyah di PAN justru semakin tersisih.
"Saya khawatir ketika PAN semakin jauh dengan Muhammadiyah, lima tahun ke depan PAN di Jatim ini akan semakin menurun. Karena harus diakui, selama lima tahun terakhir perkembangan PAN tidak menunjukkan progress yang maksimal, bahkan trennya menurun," pungkasnya. (fat/fat)