Hingga kini, total ada 5.102 kasus kematian akibat COVID-19 di Jatim. Juru Bicara Satgas COVID-19 Jatim, dr Makhyan Jibril menjelaskan, tingginya kasus kematian di Jatim disebabkan banyak hal. Salah satunya banyak pasien yang telat masuk rumah sakit.
"Stigma masih takut masuk rumah sakit ini turut mempengaruhi. Ketika pasien telat mendapat perawatan karena takut pergi ke RS, kondisinya akan memburuk. Banyak kasus di Jatim, bahwa pasien masuk RS dengan kondisi yang sudah buruk," ujar Jibril saat dikonfirmasi detikcom, Jumat (18/12/2020).
Kondisi pasien itu, lanjut Jibril, diperparah dengan komorbidnya. Lebih buruknya, saat kadar oksigen pasien itu menurun.
"Kebanyakan saat ini fenomena yang terjadi banyak masyarakat yang takut untuk ke rumah sakit, sehingga ketika ke rumah sakit kondisinya sudah berat, sudah terjadi happy hypoxia. Saturasi oksigen sudah terlanjur di bawah 80 persen," jelasnya.
"Komorbid dengan kasus kematian terbanyak di diabetes, jumlahnya 27,6 persen. Terus hipertensi 23 persen dan jantung 19 persen. 91,9 persen kasus di Jatim ini komorbid, sisanya murni COVID-19," terangnya.
Jibril menambahkan, saat ini masih banyak ditemui kasus death on arrival, yakni meninggal karena sudah terlambat dan meninggal di UGD.
"Rata-rata saat pasien telat ke RS, lalu datang ke RS, banyak kasus ditemukan sudah gagal napas, syok kardiogenik atau gagal jantung akut hingga infeksi sistemik," tambahnya.
Diketahui, kasus COVID-19 di Jatim berjumlah 73.798 kasus. Di mana 5.238 kasus di antaranya masih aktif atau dalam masa perawatan. Pasien sembuh berjumlah 63.458 dan pasien meninggal dunia berjumlah 5.102.