Penyebab Toxic Parenting dan Cara Anak untuk Menghadapinya

Penyebab Toxic Parenting dan Cara Anak untuk Menghadapinya

Esti Widiyana - detikNews
Kamis, 10 Des 2020 12:57 WIB
Ilustrasi kekerasan anak
Ilustrasi/Foto: iStock
Surabaya - Tumbuh kembang anak menuju masa remaja berbeda-beda. Tak sedikit anak menerima kata-kata tak pantas dari orang tua, atau yang sering disebut toxic parenting.

Akibatnya anak bisa merasa insecure, tidak percaya diri, menjadi pembangkang hingga depresi. Jika tidak ditangani dengan baik, anak bisa terjerumus pada hal negatif.

Psikolog Klinis SDM Reisqita Vadika MPsi mengatakan, untuk menangani kasus toxic parenting, para remaja tidak boleh terbawa emosi terhadap perlakuan tersebut. Anak harus lebih berbesar hati agar tidak terbawa emosi dan lari ke hal-hal yang tidak diinginkan.

"Ada baiknya kalau mereka merasa marah atau secara emosional ke-triger dengan perlakuan orang tuanya, upayakan untuk menahan diri. Agar tidak melampiaskan ke alternatif-alternatif penyaluran emosi yang tidak sehat," kata psikolog RS Adi Husada Undaan Wetan yang kerap disapa Qiqi saat dihubungi, Kamis (10/12/2020).

Perilaku tidak sehat yang dimaksud yakni perilaku agresif, minum minuman keras, narkoba, bolos sekolah dan hal negatif lainnya. Sebaliknya, setelah mendapatkan perilaku menyakitkan dari orang tua, anak harus menyalurkan emosinya tersebut pada hal-hal yang baik. Seperti olahraga atau curhat ke teman yang bisa dipercaya.

"Bisa juga cerita ke om tante atau pun kakek dan nenek yang bisa menjembatani komunikasi anak tersebut dengan orang tua. Agar orang tua bisa mengerti apa maunya anak, nanti anak juga bisa lebih mudah mengetahui sudut pandang orang tua," jelasnya.

Lalu, mengapa toxic parenting bisa terjadi? Menurut Qiqi, itu bisa terjadi karena orang tua tidak tahu harus bersikap apa. Terlebih saat menghadapi kenakalan anaknya.

Maka, sebaiknya orang tua dan anak sering membuka obrolan. Seperti anak mengajak orang tua berkomunikasi yang baik ketika suasana sudah mereda.

"Kita sebagai anak harus punya mindset, bukan berarti orang tua tidak sayang karena bersikap demikian. Tapi mungkin karena mereka tidak tahu cara berkomunikasi yang baik," ujarnya.

Kesadaran seperti itu diharapkan anak dapat membantu orang tua untuk menemukan pola komunikasi yang pas antara keduanya. Sehingga tidak ada rasa sakit hati yang terpendam dan berujung pada perilaku tak baik.

"Jadi anak secara teknologi mereka lebih tau bisa membantu orang tuanya untuk mempelajari secara online atau artikel tentang bagaimana komunikasi pada anak, gimana relasi yang sehat di dalam keluarga," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(sun/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.