"Gini, sebuah jabatan itu adalah sebuah beban buat kita sebenarnya. Karena buat saya yang namanya jabatan pimpinan, itu bukan untuk dikejar atau dicari dan untuk dikuasai. Tapi ini adalah sebuah amanah," terang Eri kepada detikcom, Rabu (9/12/2020).
"Ketika amanah itu turun ke kita, dan itu berat buat kita maka kita mengembalikan lagi kepada Gusti Allah. Karena apa? Karena seorang pemimpin itu harus adil. Seorang pemimpin harus rata, harus bisa melihat semua rakyatnya," lanjutnya.
Menurut Eri, jika seorang pemimpin itu sekali saja salah, maka dia akan menanggung akibatnya tak hanya di dunia tapi juga di akhirat. Untuk itu, sebagai manusia jika diberi amanah jabatan, maka harus mengatakan kalimat istirja (inna lillahi wa inna ilaihi rajiun), yang sering disebut ketika mendapat ujian atau cobaan.
"Sekali saja salah, maka pemimpin itu harus menanggung dunia dan akhiratnya. Karena itu sebagai manusia kita katakan kembali inna lillahi wa inna ilaihi rajiun," tutur mantan Kepala Bappeko Pemkot Surabaya itu.
"Sehingga apa? Kekuatan kita kembalikan lagi kepada Allah. Ya beban itu yang harus kita lewati. Karena pemimpin itu bukan rebutan. Makanya saya bilang kalau ini turun ke kita tidak ngomong alhamdulillah. Karena ini sebuah amanah. Amanah yang berat betul kita sebagai manusia," pungkas Eri. (sun/bdh)