Dengan ketidaksempuranaannya, dia berjuang keras untuk menegakkan keadilan pemilu dalam kontestasi pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Banyuwangi Tahun 2020.
Warga Dusun Krajan Timur, Desa Segobang, Kecamatan Licin kelahiran 7 November 1993 ini memang terlahir dengan ketidaksempurnaan. Tak seperti manusia normal lainnya, Naufal dilahirkan tanpa dikaruniai kedua tangan.
"Ternyata dengan keterbatasan fisik saya mampu mengemban tugas seperti halnya orang yang bisa dianggap sempurna. Dengan Bismillah saya mengabdi untuk negara menjadi pengawas pemilu," ujarnya kepada detikcom, Rabu (9/12/2020).
Dengan penuh semangat, Naufal mencurahkan seluruh tenaganya untuk melindungi hak pilih masyarakat untuk menentukan pemimpin Banyuwangi selama 5 tahun ke depan. Sebelumnya dia pernah mengemban tugas serupa pada Pemilihan Gubernur Jawa Timur Tahun 2018 dan Pemilu Tahun 2019.
"Pernah di Pilgub dan Pemilu kemarin. Ini yang ketiga kalinya," kata Naufal.
Naufal mengaku termotivasi untuk terlibat aktif sebagai penyelenggara pemilu, karena ingin mewujudkan pemilu yang adil dan berdemokrasi sesuai aturan perundangan undangan.
"Kami (kaum disabilitas) juga memiliki hak yang sama untuk berperan aktif dalam pesta demokrasi. Termasuk menjadi penyelenggara untuk menegakkan keadilan pemilu," tegasnya.
Memang diakui Naufal, Pilbup tahun ini memang berbeda dengan pemilu-pemilu sebelumnya. Tugas yang diemban pengawas juga lebih berat mengingat Pilkada serentak ini dilaksanakan di tengah pandemi COVID-19.
Selain memastikan hak pilih masyarakat terpenuhi, pengawas juga harus memastikan pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara di TPS menerapkan protokol kesehatan ketat.
Dengan cekatan, ia mengingatkan warga yang ingin menyalurkan hak pilihnya agar mengenakan masker serta protokol kesehatan lainnya.
"Namanya di desa, pastilah ada satu, dua warga yang belum faham. Ini tantangan kita untuk mengedukasi masyarakat," imbuhnya.
Penggunaan teknologi untuk laporan hasil pengawasan tidak menjadi masalah berarti baginya. Meski tak memiliki tangan dan jari, Naufal nampak handal mengoperasikan handphone android dengan lengannya untuk melaporkan hasil pengawasan secara online.
Anak semata wayang pasangan Abdul Hamid dan Siti Aminah ini berharap lebih banyak lagi kesempatan bagi kaum disabilitas. Sebab di balik kekurangannya, disabilitas juga memiliki potensi yang tidak kalah dengan manusia normal lainnya.
"Kita (disabilitas) memiliki kemampuan yang bahkan kadang tidak dimiliki oleh manusia normal. Tentu kita berharap lebih banyak lagi kesempatan bagi kami, khususnya di bidang ketenagakerjaan," harapnya.
Sementara itu, Anggota Panwascam Licin, Rozik Fanani menegaskan, sedari awal pihaknya memang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat yang ingin berpartisipasi sebagai pengawas TPS. Termasuk bagi warga berkebutuhan khusus.
"Tentunya ada kualifikasi dan integritas dalam penegakkan keadilan pemilu. Karena memang memenuhi syarat, maka Mas Naufal kita terima sebagai pengawas TPS," ungkapnya.
Pria yang biasa dipanggil Ujik ini memberikan apresiasi terhadap Naufal, karena tidak pernah telat dalam melaporkan hasil pengawasan. Terutama dalam pengisian Siwaslu (Sistem Pengawasan Pemilu) yang dilakukan secara online.
"Patut kita apresiasi. Dengan keterbatasan beliau, Mas Naufal bisa melaksanakan tugasnya dengan baik," imbuh Ujik.