Pakar Kesehatan Masyarakat dan Ahli Epidemiologi Universitas Airlangga (Unair) Windhu Purnomo mengatakan ada dua kemungkinan kasus COVID-19 di Jatim meningkat. Long weekend beberapa waktu lalu dan mulai kendornya protokol kesehatan.
"Ya bisa karena long weekend. 14 hari terlapor setelah long weekend terjadi (kenaikan kasus). Bisa juga karena kepatuhan warga akan protokol kesehatan yang longgar," kata Windhu saat dihubungi detikcom, Selasa (24/11/2020).
Windhu mengatakan selama pandemi COVID-19, protokol kesehatan wajib dipatuhi masyakat dan tidak boleh kendor untuk menghentikan penularan.
"Karena saya lihat memang kendor (protokol kesehatannya). Menurut saya bisa karena akibat libur panjang beberapa minggu yang lalu dan ketambahan pengendoran 3M dari warga," jelasnya.
Windhu menjelaskan, naik turunnya data COVID-19 dilihat pada realita yang ada, seperti testing dan tracing. Jika kedua hal penting itu dilakukan maka kabupaten/kota di Jatim bisa mengendalikannya, tetapi jika tidak maka underestimate.
Oleh karena itu harus dipahami, jika kasus turun artinya kasus COVID-19 memang menurun penyebarannya. Artinya, yang turun adalah penularannya, bukan testingnya yang menurun.
"Pertanyaan, testing di Surabaya maupun di daerah lain tracing tetap kuat apa tidak. Kalau saya liat tracingnya di Surabaya melemah sekarang. Testingnya bagus, cuman tracing yang lemah. Kalau tracing lemah jangan-jangan kasus yang ada sekarang itu sebetulnya lebih tinggi dari pada yang terlaporkan," pungkasnya. (iwd/iwd)