Palagan Tumpak Rinjing, Monumen Pertempuran Pejuang Pacitan Lawan Belanda

Palagan Tumpak Rinjing, Monumen Pertempuran Pejuang Pacitan Lawan Belanda

Purwoto Sumodiharjo - detikNews
Selasa, 10 Nov 2020 19:24 WIB
Meski tak banyak disebut, Pacitan ternyata menyimpan catatan masa perjuangan. Satu di antara bukti sejarahnya yakni Monumen Palagan Tumpak Rinjing.
Monumen Palagan Tumpak Rinjing/Foto: Purwo Sumodiharjo
Pacitan -

Meski tak banyak disebut, Pacitan ternyata menyimpan catatan masa perjuangan. Satu di antara bukti sejarahnya yakni Monumen Palagan Tumpak Rinjing.

Monumen yang terdiri dari patung Jenderal Sudirman dan Supriyadi tersebut masih berdiri kokoh hingga saat ini. Lokasinya di tepi jalan raya Pacitan-Solo, ruas Desa Dadapan, Kecamatan Pringkuku.

"Bahwa di situlah terjadi pertempuran. Gugurnya lebih kurang 10 orang melawan Belanda," tutur Imam Haryono, Ketua Dewan Harian Cabang (DHC) Kejuangan '45 Pacitan, Selasa (10/11/2020).

Sejarah Tumpak Rinjing, lanjut Imam, tak dapat dipisahkan dari aktivitas gerilya Jenderal Sudirman. Perlawanan itu dilakukan usai Belanda kembali menguasai Yogyakarta pada 19 Desember 1948.

Kala itu, lanjut Imam, para pemimpin RI ditangkap. Pun dengan Bung Karno juga diasingkan. Namun rupanya tindakan represif Belanda tak menyurutkan semangat anak bangsa mempertahankan kemerdekaan.

"Pak Dirman (Jenderal Sudirman) meninggalkan Yogya lewat gunung menuju Madiun, Nganjuk, dan sampailah di Pacitan," paparnya tentang rute gerilya Bapak TNI.

Keberadaan Jenderal Sudirman yang memimpin perang gerilya terus menjadi incaran Belanda. Dengan menurunkan pasukan berjumlah cukup besar, pihak penjajah terus menelusuri jejak Pak Dirman dan pasukannya.

"Khusus ke Pacitan ini Belanda melakukan pengejaran lewat laut," kata pria yang pernah menjabat anggota DPRD tersebut.

Begitu pasukan Belanda menepi di pantai Pacitan pada 13 Januari 1949, perlawanan pun mulai terjadi di sejumlah tempat. Salah satu yang terbesar terjadi di Tumpak Rinjing.

"Peristiwa yang terjadi pada tanggal 7 Juni 1949 tersebut kemudian dikenal dengan Palagan Tumpak Rinjing," paparnya.

Pertempuran tersebut sekaligus menjadi tonggak perlawanan pejuang Kota 1001 Gua, dalam melawan kembalinya Belanda. Selanjutnya, setelah kondisi aman, pada tanggal 7 Juli 1949, Jenderal Sudirman meninggalkan Pacitan menuju Yogyakarta.

"Selama bergerilya, Pak Dirman paling lama berada di Desa Pakisbaru, Kecamatan Nawangan. Tepatnya di Desa Sobo," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(sun/bdh)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.