Biasanya peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Banyuwangi dirayakan dengan meriah di sudut kota hingga desa. Tradisi arak-arakan Ndhog-ndhogan yang berisi telur hias keliling kampung, digelar meriah. Namun saat pandemi, tradisi arak-arakan jodang telur hias Maulid Nabi Muhammad SAW berkurang.
Seperti di Desa Kemiren Kecamatan Glagah, Banyuwangi, Jumat (30/10/2020). Arak-arakan ndhog-ndhogan ditiadakan. Mereka langsung membawa jodang berisi telur hias ke masjid dan musala setempat.
"Di tengah pandemi kami meniadakan arak-arakan. Ini mengantisipasi adanya COVID-19," ujar M Arifin, Kades Kemiren kepada detikcom.
Endhog-endhogan adalah tradisi yang dilakukan oleh Suku Osing dan warga etnis lainnya di Kabupaten Banyuwangi dalam memperingati Maulid Nabi Muhammad.
Kata endhog dalam Bahasa Osing dan Jawa berarti telur, maka dari itu Endhog-endhogan adalah tradisi yang menggunakan telur yang dihias sedemikian rupa, ditancapkan ke batang pisang yang juga dihias, dan diarak keliling kampung lalu telur tersebut dibagi-bagikan kepada warga.
Kata M. Arifin, adapula tradisi masyarakat Using Kemiren yang membawa makanan di masjid dan musala untuk disantap bersama. Mereka membawa Ancak yang berisi nasi dan lauk pauk. Untuk saat ini, tidak digelar makan bersama, namun Ancak dibagikan kemudian dibawa pulang oleh warga.
"Tidak dimakan di sana. Hanya bertukar Ancak agar tidak tertular COVID-19. Sehingga nanti bisa dimakan di rumah," tambahnya.
Lain lagi di Kecamatan Cluring, warga masih melakukan tradisi arak-arakan Ndhog-ndhogan. Mereka menaikkan jodang di atas kendaraan, dan berkeliling kampung. Ada pula yang langsung menggelar kegiatan Maulid Nabi Muhammad SAW di sepanjang jalan desa. Mereka menjajarkan jodang berisi telur hias di sepanjang jalan.
"Kami tetap menggelar kegiatan arak-arakan Ndhog-ndhogan. Tapi tetap kita lakukan dengan protokol kesehatan," ujar Handoko, panitia Maulid di Kecamatan Cluring.
Acara arak-arakan Ndhog-ndhogan digelar sebelum acara inti peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Setelah diarak, jodang berisi telur kemudian di bawa ke masjid, musala atau di jalan umum. Kegiatan doa dan ceramah keagamaan digelar. Setelah itu, ada juga acara pembacaan puji-pujian pembacaan Berzanji yang biasanya dilagukan (atau disebut dzikir maulid) kepada nabi Muhammad SAW. Acara ditutup dengan doa dan membagikan telur hias dan nasi ancak.