Warga Lamongan mungkin tidak asing dengan nama Jalan Kiai Amin. Rupanya, tak banyak yang tahu jika jalan tersebut menyimpan cerita peran seorang santri menjaga kemerdekaan bangsa Indonesia.
Sekretaris Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Lamongan, Imam Ghazali mengungkapkan nama jalan itu seorang santri Ponpes Tebuireng Jombang. Kiai Amin lahir tahun 1910 di Desa Kranji, Kecamatan Paciran dan meninggal usia 39 tahun.
"Nama beliau adalah KH. Muhammad Amin Musthafa, alumni santri dari Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang. Beliau juga ulama sekaligus pendiri Ponpes Tunggul, Paciran. Beliau adalah putra dari KH. Musthofa Abdul Karim, pendiri Ponpes Tarbiyatut Tholabah Kranji dan Nyai Hj. Aminah," kata Imam Ghazali memulai ceritanya, Jumat (23/10/2020).
Ghazali mengungkapkan, Kiai Amin adalah salah satu sosok kyai santri Lamongan yang kiprahnya cukup legendaris di Lamongan sebagai komandan Hizbullah pada peristiwa 10 November. Sosoknya disiarkan radio saat peristiwa 10 November di Surabaya yang digambarkan sebagai seseorang yang tidak mempan senjata maupun peluru.
"Keahlian dan keberanian Kiai Amin melawan penjajah menjadikannya diangkat sebagai pemimpin hisbullah. Tugasnya mempertahankan Lamongan dari serangan sekutu, tepatnya Surabaya wilayah utara. Bahkan saat itu ada stasiun radio yang menyiarkan bahwa KH Amin adalah seorang yang tidak mempan senjata maupun peluru saat bertempur di Surabaya," ujarnya.
Kiprahnya cukup legendaris hingga sekarang. Jalan jihad memanggil bersama saudaranya KH. Ahmad Muhtadi Musthofa untuk mengusir penjajah selepas menjalani pendidikan di Ponpes Tebuireng Jombang. "Beliau mampu menghafal Al-Qur'an dalam waktu sebulan. Beliau juga menguasai beragam kitab kuning warisan pendahulunya," jelasnya.
Dia menambahkan, Kiai Amin meninggal karena ditembak penjajah di Desa Dagan, Kecamatan Solokuro dan dimakamkan di desa tersebut. Semasa hidupnya, Kiai Amin juga telah meninggalkan lembaga pesantren dan pendidikan di dalamnya yang terus berkembang yakni Ponpes Tunggul.
"Semasa kehidupannya yang relatif singkat, beliau telah meninggalkan lembaga pesantren dan pendidikan di dalamnya yang terus berkembang pesat sampai sekarang," tuturnya.
Keberanian dan dedikasinya bagi bangsa dan negara tidak dapat diragukan lagi sehingga bangsa Indonesia dapat mengusir penjajah tersebut. "Semangat heroik yang terus dikobarkan ini merupakan bagian bela negara yang dilakukan para ulama pendiri bangsa," imbuhnya.
Wujud penghargaan atas jasa Kiai Amin tersebut, Pemkab Lamongan mengabadikan namanya menjadi nama salah satu ruas jalan. Di Jalan Kyai Amin ini pula, dua ormas Islam di Indonesia, yakni PCNU Lamongan dan LDII berkantor.