Aksi demo tolak Omnibus Law di Banyuwangi banyak diwarnai keikutsertaan pelajar. Rata-rata pelajar laki-laki dari SMK dan pelajar perempuan dari Madrasah. Namun, ada juga beberapa pria bertato yang memiliki dandanan mirip seorang preman.
Kapolresta Banyuwangi Kombes Arman Asmara Syarifudin mengatakan aksi demo yang dilakukan massa diduga ditunggangi oleh beberapa kelompok. Sehingga aksi yang awalnya damai menjadi aksi anarkis.
"Ya (ditunggangi). Tapi masih kita lakukan penyelidikan," ujarnya kepada detikcom, Kamis (22/10/2020).
Selama aksi nampak sejumlah guru sekolah yang melakukan sweeping terhadap peserta demonstran. Lebih dari itu, polisi juga menduga bahwa aksi lanjutan ini ada pihak yang mendalangi. Sebab, selama aksi juga dibentangkan penolakan-penolakan selain UU Cipta Kerja.
"Kita melihat tadi, 60 persen demonstran adalah remaja. Bahkan ada anak-anak. Selebihnya, apakah ada yang mengkondisikan kita masih dalami, apakah ada kemungkinan-kemungkinan penunggang gelap," kata Arman.
Adanya keterlibatan anak di bawah umur di aksi demo ini disayangkan polisi.
"Berdasarkan UU Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, maka tidak diperbolehkan untuk melibatkan anak. Peran orang tua ini penting, jangan dilibatkan," jelasnya.
Memang, jumlah massa dalam aksi kali ini tidak sebanding dengan demo sebelumnya. Kali ini hanya diikuti kurang lebih 300 orang saja. Namun, aksi kali ini diwarnai dengan tindakan pengrusakan fasilitas umum.
Di ujung aksi demo, puluhan demonstran berhasil digiring menuju satu titik. Mereka yang terjaring, dikumpulkan dan diberikan pengarahan langsung oleh Arman.
![]() |
Aksi unjuk rasa tolak Undang-Undang Cipta Kerja atau Omnibus Law di Gedung DPRD Banyuwangi berakhir ricuh. Massa melempari petugas yang melakukan pengamanan dengan batu dan botol mineral.
Tidak hanya itu, massa juga merangsek masuk ke dalam gedung setelah merobohkan pintu pagar besi Gedung DPRD Banyuwangi. Kericuhan pun tidak terhindarkan. Massa seketika berhamburan saat polisi menghalau massa yang berusaha masuk ke dalam gedung DPRD Banyuwangi. Polisi langsung bertindak tegas dengan menembakkan water canon dan gas air mata untuk memukul mundur massa.
Melihat kondisi tak terkendali, petugas dengan sigap langsung mengamankan sejumlah pendemo yang diduga menjadi provokator kericuhan untuk didata. 11 pendemo diamankan dan langsung dirapid test. Hasilnya, satu pendemo reaktif.