Untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19, Pemkot Surabaya memiliki Tim Swab Hunter. Mereka bertugas menjaring warga yang melanggar protokol kesehatan.
Kemudian pelanggar dites swab di Puskesmas setempat. Sejak Kamis (1/10), Tim Swab Hunter beraksi di semua wilayah, yakni Surabaya Pusat, selatan, utara, timur dan barat.
Rupanya, sejak adanya Tim Swab Hunter di Surabaya, kerumunan dan tempat usaha yang kurang disiplin protokol kesehatan sudah menurun. Artinya, kerumunan sudah semakin berkurang dan pemilik usaha lebih memperketat protokol kesehatan.
"Kalau dilihat sendiri, misalnya di tempat-tempat banyak tongkrongan ada perubahan, mereka menerapkan protokol kesehatan di tempat kerjanya. Mulai membaik, terkait kepedulian pengusaha menerapkan protokol kesehatan," kata Kabag Humas Pemkot Surabaya Febriadhitya Prajatara kepada detikcom di ruang kerjanya, Minggu (18/10/2020).
Tonton juga 'Ketua Satgas: Tes Swab di Puskesmas Harusnya Gratis':
Febri mengatakan, hal tersebut juga terlihat saat malam hari. Di mana muda-mudi yang nongkrong sudah berkurang. Ia juga melihat, pada Sabtu (17/10) malam sudah terlihat berkurang. Masyarakat pun sudah mulai mengerti dan lebih sadar pentingnya protokol kesehatan.
"Kenapa kok kita malam, karena menurut ahli, penyakit ini menyerang saat imun tidak bagus. Malam digunakan untuk istirahat. Kalau begadang imunitas kita akan turun dan COVID mudah menyerang. Walaupun dampaknya kecil kepada anak muda, tapi belum tentu dampaknya sama ke orang tua," jelasnya.
Oleh karena itu, Pemkot Surabaya berupaya agar mata rantai penyebaran segera putus. Sebab, ketika virus ini sudah tidak menular lagi dan tidak dapat inang untuk hidup, maka angka penularan juga akan menurun.
"Kalau melihat beberapa minggu ini, kepedulian masyarakat semakin meningkat, memang tidak mudah untuk mengubah suatu kebiasaan. Sejak Swab Hunter muda mudi yang nongkrong sudah menurun, efeknya sudah lumayan," pungkasnya.