Eks lokalisasi Dolly jadi salah satu bahasan hangat di tengah kampanye Pilkada Surabaya 2020. Apa visi calon kepala daerah soal Dolly?
Cawali Kota Surabaya nomor urut 2 Machfud Arifin berjanji membangkitkan perekonomian di kawasan eks lokalisasi Dolly. Meski pemerintah dinilai berhasil menutup lokalisasi, namun dia menilai masih ada perbaikan yang penting untuk dilakukan di Dolly.
"Prinsipnya saya apresiasi kepada pendahulu Surabaya. Cuma siapa yang bisa menjamin prostitusi sudah benar-benar ngak ada. Lokalisasi memang sudah ditutup, tapi prostitusi terselubung masih ada. Banyak dari mereka yang pakai online," kata Machfud dalam webinar bertajuk 'Nasib Eks Lokalisasi Pasca Kepemimpinan Bu Risma' yang diadakan oleh MUI Jatim, Rabu (7/10/2020).
Machfud mengungkapkan penutupan lokalisasi itu berdampak pada sosial dan ekonomi masyarakat di sana, yang sampai sekarang dinilainya belum diatasi dengan baik oleh Pemkot Surabaya. Terkhusus sektor ekonomi, ada banyak warga yang selama lokalisasi dibuka bergantung pada geliat lokalisasi. Sejak ditutup, banyak warga yang kehilangan pendapatan.
"Itulah yang harus dicarikan jalan keluar oleh Pemkot. Mereka yang ber-KTP Surabaya dan orang luar daerah yang tinggal di situ perlu kita latih," jelasnya.
Mantan Kapolda Jawa Timur ini mengatakan pemberdayaan ekonomi warga terdampak harus berkelanjutan. Tidak hanya diberi pelatihan, tetapi juga diberi akses permodalan dan pemasaran.
"Habis pelatihan, kalau mau kerja apa, ditunggu laporannya ke saya mau kerja apa, jadi tidak hanya konsep, tapi juga eksekusi," imbuhnya.
Para pemudanya, lanjut Machfud, juga harus diberi aktivitas yang produktif untuk dirinya dan keluarganya. Hal itu penting agar semua masalah yang muncul pasca penutupan bisa terselesaikan dengan baik. Termasuk jika masih ada aktivitas remang-remang di eks lokalisasi, maka perlu ada penindakan tegas.
"Satpol PP nanti itu bukan hanya yang pakai seragam, mereka bisa ngak pakai seragam untuk melakukan pengintaian dan penyelidikan, baru ditertibkan, agar tidak salah sasaran. Pokoknya kalau masih ada yang buka kita segel, itu intinya," jelasnya.
Mantan Ketua TKD Jokowi-Ma'ruf Amin di Pilpres 2019 ini mengungkapkan di eks lokalisasi ada 14 aset Pemkot Surabaya yang bisa dimanfaatkan dengan baik untuk pembinaan warga terdampak. Jika perhatian dari Pemkot Surabaya tidak berkelanjutan, maka ada potensi aktivitas prostitusi di eks lokalisasi kembali hidup.
"Dan juga perlu ada regulasi Perda hiburan malam, tidak boleh ada lokalisasi dekat perkampungan," terangnya.
Sementara itu Ketua RT 5 RW 3 Putat Jaya Nirwono Supriadi yang menjadi peserta dalam webinar itu mengungkapkan, masih banyak PR yang belum selesai pasca penutupan lokalisasi Dolly. Terutama warga Putat Jaya yang notabene warga asli yang sebelumnya menggantungkan hidup dari keberadaan lokalisasi.
"Terutama Putat Jaya, ketimbang Dolly yang hanya satu gang dan pengelolannya rata-rata bukan warga sana, jadi yang terdampak betul Putat Jaya," ungkapnya.
Dia mengungkapkan, pasca penutupan Dolly, Putat Jaya seperti kampung mati. Ekonomi warga hancur dan banyak yang menjadi pengangguran. Memang Pemkot hadir dengan berbagai programnya. Sayangnya, program itu hanya sebatas pembinaan dan tidak berkelanjutan.
"Asal saja, ngak ada kelanjutannya, kayak asal Ibu senang saja. Contoh warga dikasih pelatihan menjahit, tapi dilakukan beberapa kali saja, setelah itu ngak ada," terangnya.
Karena kecewa dengan Pemkot, Nirwono Supriadi akhirnya membentuk UMKM bersama warga atas inisiatif sendiri. Harapannya, perhatian pemkot ada dan mensupport mereka. Sayangnya, pemkot sama sekali tidak hadir.
"Saya suka blusukan, banyak pelaku UMKM mengeluh ke saya, tidak pernah dimodali oleh Pemkot. Yang disupport pemkot UMKM itu-itu saja," akunya.
Diketahui, Lokalisasi Dolly di Surabaya sudah ditutup pada 2014 silam oleh Pemkot Surabaya. Namun, sejumlah persoalan masih mengikuti pasca penutupan. Terutama problem ekonomi warga terdampak masih menjadi persoalan yang belum tuntas. Kondisi ini yang diangkat oleh MUI Jatim dalam webinar bertajuk "Nasib Eks Lokalisasi Pasca Kepemimpinan Bu Risma".
Dalam webinar ini menghadirkan Calon Wali Kota Surabaya Machfud Arifin dan Eri Cahyadi. Sayangnya, Eri tidak hadir sendiri dan memilih mewakilkan kepada Armuji sebagai Cawawali.
Armuji yang mewakili Eri Cahyadi mengakui, ada dampak terhadap warga atas penutupan lokalisasi oleh Pemerintah Kota Surabaya. Bahkan, sejumlah warga masih mengaku tidak puas dengan penutupan. "Ada warga yang memang tidak puas dengan penutupan," ujarnya singkat.