Pengamat politik Universitas Airlangga (Unair) Kacung Marijan mengatakan gelaran Pilkada serentak di tengah pandemi memungkinkan tingkat partisipasi akan turun. Meski begitu tinggi rendahnya partispasi tergantung dengan penanganan COVID-19 sampai Desember nanti.
"Saya kira dengan partisipasi kedatangan bisa mengkhawatirkan. Karena selama ini yang normal saja rata-rata 70 persen. Nah maka kalau situasi COVID ini susah dikendalikan ya bisa jadi di bawah 70 persen. Kan ini juga bagaimana sejauh mana dikendalikan sampai Desember nanti," terang Kacung kepada detikcom, Rabu (7/10/2020).
Tak hanya itu, lanjut Kacung, tingkat kepercayaan pemilih terhadap penyelenggara dan protokol kesehatan saat di TPS juga menentukan. Karena jika pemilih tak percaya, bukan tidak mungkin partisipasi akan turun drastis.
Baca juga: Racun Demokrasi dalam Pilkada |
"Kemudian tingkat kepercayaan publik kepada penyelenggara di sekitarnya soal keamanan protokol kesehatan. Itu kan TPS dekat dengan lingkungan mereka jadi mereka tahu sejauh mana tingkat keamanan di sekitar mereka," tuturnya.
"Kalau mereka menganggap aman ya tingkat partisipasi cukup tinggi. Tapi sebaliknya bisa di bawah 70 persen," imbuh Kacung.
Sedangkan untuk golput, Kacung menyebut hal itu berbeda dengan partisipasi. Karena menurutnya golput memang kesengajaan tidak memilih meski datang ke TPS.
"Jadi gini tingkat partisipasi itu dua hal yang berbeda. Kalau partisipasi itu kedatangan orang ke bilik suara. Kalau golput itu bisa datang bisa tidak. Benar datang tapi tidak milih siapapun. Kalau partisipasi datang dan memilih," jelasnya. (fat/fat)