Ekskavasi tahap kedua Candi Gedog dimulai kembali. Namun BPCB Jatim tidak akan mencabut pohon beringin yang menaungi situs cagar budaya itu.
Arkeolog BPCB Jatim Nugroho Harjo Lukito menjelaskan, target ekskavasi tahap kedua ini menemukan titik bangunan inti candi. Padahal jika membaca dari buku Raffles, bangunan utama candi diduga tepat berada di bawah pohon beringin besar. Pohon di punden Joko Pangon ini, menurut tutur warga, sudah berusia ratusan tahun.
"Kita lihat kondisinya nanti. Tidak mudah mengangkat pohon ini. Kalau dimatikan, khawatirnya akarnya masuk ke dalam struktur. Kalau akarnya mati, dia justru keropos dan akan mengubah posisi struktur. Malah hancur," kata Nugroho kepada detikcom, Selasa (6/10/2020).
Dalam proses ekskavasi seperti ini, Nugroho berpendapat, situs atau struktur tidak mungkin diselamatkan dari cengkeraman akar pohon. Maka akan dibiarkan. Tim ekskavasi kemungkinan akan memotong sebagian akar yang menjalar keluar tanah dan bisa untuk disisihkan tanpa merusak struktur yang sudah ditemukan.
"Seperti beberapa situs di Kamboja, sama Unesco pohonnya gak boleh dimatikan. Terus Candi Lor Nganjuk, itu pohonnya juga dibiarkan di atas situs," bebernya.
Selain dikhawatirkan akar pohon yang dimatikan akan merusak struktur bangunan, Nugroho menambahkan, akar pohon yang besar dan berumur ratusan tahun telah bertambah fungsi menjadi resapan air.
"Kecuali ada proses pemugaran. Seperti di kawasan Dieng, ada penataan ulang, ditambal dengan bahan yang mempunyai kemiripan fisik, itu baru memungkinkan menghilangkan pohon beringin ini," lanjutnya.
Pada 1817, literatur yang tertulis di catatan Sir Thomas Stamford Raffles menyebut, struktur Candi Gedog di Kota Blitar terdiri atas batu bata. Gubernur Jenderal Inggris itu menyatakan takjub. Sebagian besar ornamen candi dibuat dari batu. Beberapa sisi candi masih dalam keadaan utuh. Tetapi bagian dasar pintu masuk atau tangga-tangganya telah terpisah. Raffles menyebut, struktur candi yang terdiri atas batu bata dikerjakan dengan sangat menakjubkan.
"Di sini juga ditemukan benda-benda kuno. Di antara kota yang telah ditinggalkan itu dengan dinding-dinding dan alas dari batu yang menarik untuk dicatat," tulisnya dalam 'History of Java' (halaman 382).