"Jadi gini, di Jatim ini untuk bencana tsunami dipetakan dari 38 kabupaten/kota," kata Tenaga Ahli BPBD Jatim, Suban Wahyudiono saat dikonfirmasi detikcom, Jumat (25/9/2020).
Mantan Kepala BPBD Jatim ini menjelaskan, pihaknya sejak 2019 lalu bersama BNPB, BPBD Kab/Kota serta relawan sudah turun ke desa yang memiliki potensi tinggi untuk tsunami. Mereka mensosialisasikan agar masyarakat paham saat bencana terjadi, apa yang harus mereka lakukan.
"Jadi kita melibatkan 200 anggota termasuk relawan yang masuk ke desa untuk memberi informasi kalau daerah ini potensi tsunami tinggi. Tiap desa sudah kita pasang dengan plakat daerah rawan tsunami. Mereka kita beri pemahaman saat tsunami terjadi, seperti rumusnya 20:20. 20 detik gempa maksimal terjadi, 20 menit lari di atas ketinggian 20 meter. Kita sosialisasikan itu," terangnya.
Selain di desa, pihaknya juga mendata kawasan pantai di Selatan pulau Jawa yang rawan tsunami. Rencananya BPBD Jatim bersama BNPB akan membangun shelter di kawasan tersebut.
"Kita data juga di kawasan itu di kawasan pantai mana. Nanti kira-kira ada shelter, atau bukit. Kita rencanakan bahwa harus dibuat wisata-wisata pantai khususnya di selatan untuk dibuat shelter. Bila terjadi tsunami, pengunjung bisa mengamankan diri. Shelter itu saat ini sudah kita survei. Perlu perencanaan, pendataan karena tanahnya ikut siapa dulu. Kita masih penjajakan," ujarnya.
"Daerah itu memang potensi tsunami. Cuma kita tidak tahu kapan terjadinya. Kan ada siklus bencana tsunami seperti di Banyuwangi sekitar tahun 1990 yang menewaskan 200 orang dulu," pungkasnya. (fat/fat)