Menko PMK Muhadjir Effendy berkunjung ke Kediri. Ia mengecek apakah bantuan PCR sudah digunakan atau belum.
Berdasarkan laporan dari tim pemantau Kemenko PMK, banyak alat yang belum difungsikan. Untuk itu ia langsung mengecek kebenarannya di sejumlah rumah sakit yang ada di daerah. Salah satunya Kediri.
"Saya akan melihat bantuan pemerintah khususnya untuk Polymerase Chain Reaction (PCR), kita pastikan telah digunakan betul atau belum. Karena kenyataannya banyak sekali bantuan dari pemerintah belum dioperasikan di rumah sakit," jelas Muhadjir di Kediri, Sabtu (19/9/2020).
"Ini yang menyebabkan penanganan COVID-19 tersendat. Padahal kebijakan pemerintah untuk segera mempercepat distribusi alat-alat kesehatan yang berkaitan erat dengan masalah COVID-19. Misalnya ventilator, APD dan laboratorium untuk PCR. Sebenarnya sudah disebar dan sangat banyak merata. Tapi ternyata berdasarkan laporan dari dari tim pemantau Kemenko PMK, banyak yang belum difungsikan," imbuhnya.
Menurut Muhadjir, kenapa penggunaannya tersendat, misalnya untuk PCR karena laboratoriumnya belum ada tenaganya. Kalau pun ada harus mengikuti pelatihan. Selain itu terkait lokasi untuk menginstal dan tenaga ahlinya.
Kemudian karena bahan reagen yang habis. Karena untuk mengoperasikan PCR harus ada yang namanya reagen ekstraksi. Bahan ini habis dipakai. Padahal Muhadjir telah berulang kali berpesan pada Kemenkes agar jangan sampai kehabisan bahan reagen.
"Misal untuk PCR itu karena laboratorium belum ada tenaga lab-nya. Untuk meng-instal itu juga belum ada jadi masih menunggu tenaga ahli," terangnya.
"Yang lain kemudian juga bahan habis yang kadang-kadang juga menjadi kendala karena untuk mengoperasikan PCR itu harus ada namanya reagen ekstraksi," imbuh mantan Menteri Pendidikan ini.
Sejak dirinya menjadi Ketua Tim Pengarah COVID-19, telah dilakukan serangkaian terobosan untuk berperang melawan COVID-19. Salah satunya melatih mahasiswa S2 yang membidangi mikrobiologi dan memanfaatkan laboratorium kampus untuk digunakan dalam penelitian, dan menguji spesimen penderita COVID-19.
Pemerintah telah mengupayakan pengadaan fasilitas secara besar-besaran. Meskipun demikian pemanfaatannya harus dicek lapangan. Menurutnya seluruh kota dan kabupaten tidak ada yang tidak memiliki PCR. Jumlahnya tergantung pada jumlah kasus COVID-19 di daerah tersebut.
"Pada dasarnya kita upayakan pengadaan fasilitas secara besar-besaran. Untuk yang kasusnya minim hanya punya 1 PCR," lanjut Muhadjir.
Di Kabupaten Kediri, bantuan PCR tersebut sudah digunakan. Bakan Kediri punya lab khusus PCR di RSUD. Di laboratorium tersebut terdapat dua unit PCR bantuan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Kepala RSUD Pelem, Kabupaten Kediri dr Ibnu Gunawan mengatakan, pembangunan laboratorium tersebut dilakukan kurang dari satu bulan. "Laboratorium ini telah mengacu standar bio safety level dua. Sehingga bisa dikatakan aman dan siap untuk beroperasi," katanya.
Dr Ibnu menambahkan, masing-masing unit PCR berkapasitas 35 spesimen untuk sekali kerja. Waktu yang dibutuhkan setiap satu kali kerja sekitar dua jam. Sementara untuk tenaga SDM yang disiapkan di tahap awal ini adalah enam orang.
"Untuk tahap awal, kami gunakan 22 spesimen per sekali uji per unit PCR. Secara bertahap nantinya akan ditingkatkan kapasitasnya hingga maksimal penggunaan," tambahnya.
Ibnu berharap, dengan dibangunnya lab PCR tersebut, bisa mempercepat proses layanan pengujian swab masyarakat Kabupaten Kediri. Sehingga bisa mempersingkat angka perawatan dan mengurangi beban tunggu uji hasil swab yang selama ini harus dilakukan di Surabaya.