"Jadi setiap provinsi karakternya beda-beda. Semua provinsi, memang diinvestigasi mendalam saat rakor dengan Pak Menkomarves. Jadi setelah ini mau dilanjutkan secara teknis dari Deputi Menkomarves. Programnya ya menurunkan kasus (positif dan kematian)," kata Ketua Gugus Kuratif Percepatan Penanganan COVID-19 Jawa Timur, dr Joni Wahyuhadi di Gedung Negara Grahadi, Rabu (16/9/2020).
Joni mengakui perintah dari Menkomarves ialah mengendalikan kasus kematian di Jawa Timur yang menjadi tertinggi secara nasional. Hingga Rabu (16/9), kasus kematian di Jatim berjumlah 2.867 atau 7,32 persen. Angka itu menjadikan Jatim sebagai provinsi dengan kasus terbanyak kematian COVID-19 di Indonesia.
"Teknis dari Deputi Menkomarves belum selesai sebelumnya. Masih ada rakor lagi nanti dan besok. Programnya memang menurunkan angka kematian. Karena pekerjaan rumah kita di Jatim angka kematian," jelasnya.
Dirut RSU dr Soetomo ini menyampaikan bahwa laporan kematian di Jawa Timur memang apa adanya. Semua rumah sakit memasukkan data kematian.
"Jadi semua all record rumah sakit kita masukkan. Sebenarnya sekarang kita minta ke Kemenkes RI gimana pedoman sekarang. Apakah kasus kematian yang penyebab utamanya bukan COVID-19 dimasukkan sebagai kasus kematian COVID-19 atau tidak," imbuhnya.
Terkait intervensi di kabupaten/kota yang penambahan kasus dan kematiannya masih tinggi, Joni menyebut salah satunya dengan membagikan ventilator bantuan dari USAID ke setiap rumah sakit. Agar fasiltas terpenuhi.
"Jadi banyak kasus di mana memang pasien telat untuk dibawa ke rumah sakit. Akhirnya saat masuk ke ruang ICU, kondisinya sudah buruk dan risiko kematiannya tinggi. Kita sekarang fokus memisah pasien ringan, sedang dengan pasien berat. Agar rumah sakit rujukan bisa fokus menangani pasien yang berat. Nah ventilator ini salah satu upaya, saat ada pasien yang parah, lalu gagal nafas bisa terbantu," terangnya.
Simak juga video 'Jokowi Minta Luhut-Doni-Terawan Tekan Kasus Corona di 9 Provinsi':
(iwd/iwd)